Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Cashless Society", Ketika Uang Fisik Hilang dari Dompet Anda

Kompas.com - 30/08/2014, 20:44 WIB


There will be a time - I don't know when, I can't give you a date - when physical money is just going to cease to exist.

-Robert Reich-


KOMPAS.com
 – Ekonom politik Amerika Robert Reich meramalkan dengan yakin bahwa akan tiba masanya era transaksi tunai atau cash akan berakhir, meski ia tidak tahu secara pasti kapan masa itu akan tiba. Keyakinannya itu didasarkan pada gaya hidup masyarakat Amerika yang kini lebih banyak melakukan transaksi non-tunai, bahkan untuk transaksi “recehan”, seperti biaya parkir, uang tol, hingga membeli kue di pinggir jalan.

Tidak hanya Reich yang meramalkan kematian transaksi tunai. David Wolman, seorang jurnalis Amerika, menulis sebuah buku mengenai senjakala uang, The End of Money. Menurut Wolman, uang kartal hanya merepotkan aktivitas sehari-hari. Uang kartal adalah uang berbentuk selembar kertas atau logam yang diterbitkan oleh bank sentral. Menurut Wolman, pukulan paling mematikan yang bakal mengakhiri transaksi tunai adalah costly

“Transaksi tunai itu mahal untuk memindahkannya, menyimpannya, mengamankannya, mengawasinya, memproduksinya, meredesainnya, dan mahal juga untuk kita bawa ke mana-mana,” kata Wolman seperti dikutip cbsnews.com.

Transaksi tunai, masih kata Wolman, adalah sahabat bagi para kriminal. Penyuapan, sogokan, dan aneka transaksi terlarang selalu menggunakan uang tunai agar tidak terlacak. Oh ya, satu lagi: uang kartal penuh kuman.

Uang tunai itu memang musuhnya bank. Sebabnya, uang tunai perlu dihitung secara manual. Jika jumlahnya kecil, tentu tidak sulit. Namun, jika jumlahnya besar, uang tunai sangat merepotkan. Ada risiko salah hitung.

Berbeda halnya dengan uang digital atau uang elektronik. Jenis uang ini jauh lebih praktis, aman, dan nyaman digunakan. Anda tidak perlu membawa dompet tebal atau tas untuk melakukan transaksi dengan jumlah uang yang besar. Selembar kartu plastik yang memiliki seluruh catatan keuangan kita dalam chip magnetic-nya hanya membutuhkan satu selipan di dalam dompet. Segala transaksi dilakukan hanya dengan selembar kartu itu.

Dengan uang elektronik, transaksi dapat berlangsung cepat dan akurat berapa pun jumlah uang yang ditransaksikan. Catatan keuangan juga secara otomatis tercatat di bank-bank terkait, hal yang tidak mungkin terjadi dalam transaksi tunai.

Pertumbuhan ekonomi

Oleh karena itu, bisa dipahami, jika transaksi elektronik tidak melulu menyangkut soal kepraktisan dalam hidup sehari-hari secara individual, tapi juga menyangkut soal perputaran ekonomi dalam skala makro. Dalam sebuah kesempatan, Direktur Eksekutif Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Rosmaya Hadi mengatakan, kecepatan proses transaksi non-tunai sangat berpengaruh terhadap perputaran ekonomi suatu negara. 

Gubernur BI Agus Martowardojo juga menyebut hal yang sama. Transaksi non-tunai membuat ekonomi lebih efisien. Pengelolaan keuangan yang dilakukan pemerintah pusat, daerah, maupun dunia usaha pun berlangsung transparan dan akuntabel.

"Transaksi non-tunai lebih aman dan nyaman. Bisa membuat tabungan yang akan menjadi lebih besar untuk membiayai ekonomi kita. Kalau pakai transaksi tunai mahal, mesti cetak, disimpan, diedarkan, dan kadang tidak bisa dipertanggungjawabkan," kata Agus. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung bahkan menyebutkan, salah satu indikator sebuah negara disebut maju adalah jika masyarakatnya lebih banyak melakukan transaksi non-tunai.

"Salah satu syarat negara maju adalah transaksi tunai makin lama makin kecil. Kalau kita mau jadi negara maju, transaksi tunai kita makin lama semakin kecil. Kalau mau transaksi tunai kita makin kecil, tentu kita ingin makin banyak orang Indonesia yang akses uangnya ke lembaga keuangan yang ada, termasuk bank dan non-bank," kata Tanjung. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketentuan Cuti Melahirkan ASN akan Diperbarui, Termasuk bagi ASN Pria

Ketentuan Cuti Melahirkan ASN akan Diperbarui, Termasuk bagi ASN Pria

Whats New
THR Lebaran 2024: Cara Menghitung, Kriteria Penerima, hingga Sanksi

THR Lebaran 2024: Cara Menghitung, Kriteria Penerima, hingga Sanksi

Work Smart
Memburu Penerimaan Negara Tanpa Menaikkan PPN

Memburu Penerimaan Negara Tanpa Menaikkan PPN

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 Maret 2024

Spend Smart
Info Pangan 19 Maret 2024: Beras Masih Mahal, Harga Telur Naik Tembus Rp 34.000

Info Pangan 19 Maret 2024: Beras Masih Mahal, Harga Telur Naik Tembus Rp 34.000

Whats New
Investor Menanti Kebijakan Suku Bunga The Fed, Harga Emas Dunia Naik

Investor Menanti Kebijakan Suku Bunga The Fed, Harga Emas Dunia Naik

Whats New
IHSG Bakal Bangkit? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Bangkit? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Mendagri Minta Pemda Salurkan THR dan Gaji Ke-13 Tepat Waktu

Mendagri Minta Pemda Salurkan THR dan Gaji Ke-13 Tepat Waktu

Whats New
Menanti Kebijakan The Fed, Wall Street Hijau

Menanti Kebijakan The Fed, Wall Street Hijau

Whats New
Percepat Revisi PP 96/2021, Indonesia Incar Kempit 61 Persen Saham Freeport

Percepat Revisi PP 96/2021, Indonesia Incar Kempit 61 Persen Saham Freeport

Whats New
Manajemen: BCA Mobile dan myBCA Akan Berjalan Bersamaan dalam Jangka Waktu Panjang

Manajemen: BCA Mobile dan myBCA Akan Berjalan Bersamaan dalam Jangka Waktu Panjang

Whats New
Perbedaan Inflasi dan Deflasi serta Untung Ruginya bagi Ekonomi

Perbedaan Inflasi dan Deflasi serta Untung Ruginya bagi Ekonomi

Whats New
Ini 4 Perusahaan Terindikasi 'Fraud' Rp 2,5 Triliun yang Diungkap oleh Sri Mulyani

Ini 4 Perusahaan Terindikasi "Fraud" Rp 2,5 Triliun yang Diungkap oleh Sri Mulyani

Whats New
[POPULER MONEY] Polemik Kenaikan PPN 12 Persen | Sri Mulyani Laporkan Dugaan 'Fraud' 4 Debitor LPEI

[POPULER MONEY] Polemik Kenaikan PPN 12 Persen | Sri Mulyani Laporkan Dugaan "Fraud" 4 Debitor LPEI

Whats New
Bos Bulog: Harga Beras Akan Sulit Kembali ke Titik Semula Seperti Setahun Lalu...

Bos Bulog: Harga Beras Akan Sulit Kembali ke Titik Semula Seperti Setahun Lalu...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com