Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sanggul Model Syahrini Buatan Brebes

Kompas.com - 01/09/2014, 15:13 WIB


KOMPAS.com -
Meskipun terletak di wilayah pantai utara yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, Kabupaten Brebes tidak hanya memiliki sentra-sentra produksi kelautan dan peternakan saja.

Namun, di sini juga ada beberapa sentra produksi barang yang tidak biasa, salah satunya sanggul. Rambut buatan yang dibentuk sedemikian rupa ini biasa digunakan kaum wanita dalam resepsi pernikahan atau acara-acara formal lainnya.

Salah satu desa di Kabupaten Brebes yang menjadi pusat produksi rambut buatan ini adalah Desa Limbangan Wetan. Di sini terdapat belasan perajin sanggul rumahan. Untuk sampai ke lokasi tersebut, dibutuhkan waktu sekitar 45 menit dari Stasiun Brebes.

Lokasi sentra pembuatan sanggul ini tidak jauh dari sentra pembuatan telur asin yang juga berada di desa yang sama. Kedua lokasi sentra ini hanya dipisahkan oleh gang kecil. Para perajin sanggul ini biasa bekerja di depan rumah mereka masing-masing.

Saat KONTAN menyambangi wilayah ini, terlihat para perajin sanggul sedang sibuk merapikan seluruh rambut sintetis yang baru datang dari para pemasok. Meski kesibukan tampak di sana-sini, tapi desa tersebut relatif tenang karena tidak ada kendaraan yang berlalu lalang.

Para perajin sanggul ini umumnya adalah para pria. Ranyan, salah satu perajin sanggul, menceritakan, desa ini sudah sejak puluhan tahun lalu telah menjadi sentra pembuatan sanggul.

Laki-laki bertubuh tambun ini mengaku sudah menggeluti pekerjaan ini sejak dua puluh tahun lalu. Sebelumnya, dia hanya membantu sang ayah untuk menjalankan bisnis. Setelah ayahnya meninggal, Ranyan mengambil alih usaha sang ayah.

Ranyan mampu memproduksi puluhan model sanggul. Beberapa di antaranya memiliki nama yang unik, seperti sanggul model caesar, model keong racun, model Syahrini, dan model OVJ.

Kebanyakan sanggul dibuat dengan warna rambut hitam. Tetapi untuk menarik konsumen, Ranyan juga membuat sanggul dengan  berbagai warna rambut, seperti merah, cokelat, hijau, dan lainnya. "Ini biasanya untuk sanggul kreasi," katanya.  

Dia membanderol harga produknya mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per unit. Ranyan mengaku dalam sebulan dia bisa mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah.

Dengan catatan, dia dibantu oleh  karyawan lebih dari satu orang, agar mampu memproduksi lebih banyak sanggul. Sebab, sebagian besar para karyawan di sini merupakan pekerja lepas. "Keuntungan bersih sekitar 30 persen dari omzetnya tiap bulan," ujarnya.

Perajin sanggul lainnya adalah Sutriyah. Dia mengungkapkan sudah menggeluti bidang ini sejak tahun 1972, ketika masih remaja. Wanita yang telah mempunyai enam cucu ini meneruskan usaha dari orangtuanya.

Sutiyah memproduksi belasan model sanggul, seperti mawaran, OVJ, Syahrini, dan lainnya. Sutriyah menjual satu buah sanggul sekitar Rp 3.000 untuk ukuran kecil dan Rp 15.000 untuk ukuran besar.

Dalam sebulan dia bisa mendapatkan omzet puluhan juta rupiah. (Tri Sulistiowati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com