Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Harga BBM Bersubsidi Harus Naik Secara Langsung Rp 2.000 Per Liter"

Kompas.com - 01/09/2014, 17:00 WIB
Tabita Diela

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, menyarankan besaran kenaikan harga BBM bersubsidi mencapai Rp 2.000 per liter. Kurang dari itu, kenaikan BBM hanya akan memicu pergolakan di masyarakat tanpa membuahkan hasil.

"Ini sedang didiskusikan. Ada banyak variasi, tetapi menurut saya, kalau sudah naik, ya jangan Rp 500 karena tidak ada pengaruhnya. Artinya, respons masyarakat (atas kenaikan) Rp 500, Rp 1.000, sampai Rp 2.000 barangkali mungkin sama. Maka dari itu, menurut saya, lebih baik Rp 2.000. Itu akan memberikan napas baru atau ruang fiskal yang baru untuk APBN ini agar bisa disalurkan ke yang lain," ujarnya, Senin (1/9/2014).

Menurut dia, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah tidak bisa ditawar lagi. Hal ini pun harus sesegera mungkin dilakukan. Bila perlu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersedia menyesuaikan harga BBM bersubsidi pada September ini.

"Ada dua kemungkinan. Kalau SBY yang melakukannya, didampingi Pak Jokowi, saya kira bulan September ini yang paling baik karena pemerintah berakhir 20 Oktober," ujarnya.

Menurut Tony, kehadiran presiden terpilih Joko Widodo mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut merupakan langkah untuk meredam resistensi dari masyarakat. Dia tidak menampik bahwa resistensi pasti ada. Hanya, Tony yakin bahwa masyarakat sudah dewasa, dan melihat tingginya harga BBM lebih baik ketimbang ketiadaan BBM.

Tony juga memberikan alternatif. Menurut dia, waktu yang tepat untuk menyesuaikan harga BBM bersubsidi adalah Maret 2015. Alasannya, saat itu inflasi sudah melewati masa puncak pada Januari. Masa-masa rawan musibah banjir pun sudah dilewati, meski curah hujan pada Februari masih tinggi.

"Akan tetapi, kalau boleh memilih, first base-nya September ini. Second base-nya Maret 2015. Saya kira sudah tidak ada pilihan karena kalau harga tidak dinaikkan, maka pasti demand terhadap minyak atau BBM bersubsidi itu pasti naik, akan melampaui kuota. Perhitungan Pertamina kan November untuk jenis solar sudah habis, nanti awal Desember itu yang bensin. Jadi, kalau tidak ada perubahan harga, itu akan terlampaui," imbuhnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Whats New
Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Taati Aturan Pemda

Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Taati Aturan Pemda

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com