Dirinya menilai kondisi ekonomi beberapa tahun lalu, berbeda dengan sekarang. "Karena nilai tukar rupiah saat ini sudah mencapai Rp 11.000 lebih. Sedangkan pada tahun 2012 hanya sekitar Rp 10.000. Sehingga jika kita mau mengimpor dengan total volume yang sama, maka kita harus membayar 120 persen lebih mahal dibanding tahun 2012," urai Arif seperti dikutip Tribunnews.com, di Jakarta, Senin (1/9/2014).
Politisi PDIP ini juga menambahkan, jika tetap meneruskan subsidi BBM ini, pendidikan sampai 12 tahun tidak berjalan. Pembangunan rumah sakit dan penjaminan kesehatan juga tidak akan bertambah.
"Kalau mau meningkatkan kemakmuran rakyat, tinggal pilih, kita mau tingkatkan di sektor produktivitas, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, atau hanya sekadar memikirkan kepentingan subsidi kendaraan," kata Arif.
Alhasil, anggaran BBM bersubsidi bisa dialokasikan untuk program-program unggulan seperti pembangunan infrastuktur, pendidikan, kesehatan, dan lainnya. (Achmad Rafiq)
baca juga: Jurus Pamungkas BBM Bersubsidi Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.