Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepeda Impor Membanjiri Indonesia, Industri Lokal Pilih Ekspor

Kompas.com - 03/09/2014, 13:42 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Industri sepeda dalam negeri mulai ketar-ketir melihat angka impor sepeda. Jika terus dibiarkan, pelaku usaha sepeda khawatir pasar sepeda domestik dipenuhi oleh sepeda impor.

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), impor sepeda tahun 2013 naik 223,4 persen menjadi 138,5 juta dollar AS, dari realisasi impor tahun 2012 sebesar 42,8 juta dollar AS. Angka impor ini termasuk impor sepeda balap dan sepeda lainnya. 

Lonjakan impor ini tak lepas dari persaingan pasar sepeda di dalam negeri. Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI) menduga, kenaikan impor karena harga sepeda impor lebih kompetitif.

Maklum saja, bea masuk impor sepeda utuh lebih murah ketimbang impor komponen sepeda untuk dirakit di dalam negeri. "Ini karena belum ada harmonisasi tarif bea masuk komponen sepeda dengan bea masuk impor sepeda utuh," kata Rudiyono Ketua Umum AIPI kepada KONTAN, beberapa waktu lalu.

Hingga saat ini, bea masuk impor komponen sepeda dipatok 10 persen-15 persen. Adapun bea masuk impor sepeda cuma 10 persen. "Harus ada harmonisasi bea masuk, karena saat ini kebijakan tak berpihak ke industri dalam negeri," kata dia. 

Dengan kondisi itu, industri sepeda domestik mengimpor 10 persen kebutuhan komponen, seperti gear, dan rantai sepeda. Adapun frame, garpu, dan setang sudah bisa dipasok dari industri dalam negeri. 

Adapun kapasitas produksi sepeda dalam negeri adalah 2,5 juta unit per tahun. Sekitar 30 persen-40 persen setara 750.000- 1 juta unit di ekspor ke Eropa, Amerika Serikat (AS). Sedangkan 60 persen atau 1,5 juta unit untuk pasar domestik. Tahun ini, pasar sepeda domestik diperkirakan 5 juta - 5,5 juta unit, turun 10 persen-15 persen dari tahun lalu. "Penurunan karena ini tahun pemilu," terang Rudiyono.

Mengenai impor sepeda tahun ini, Rudiyono memprediksi angkanya mencapai 4 juta unit. Asalnya 70 persen dari Tiongkok, 20 persen dari Taiwan, sisanya dari Asia Tenggara seperti Malaysia. "Kami memilih ekspor, karena pasar dalam negeri dibanjiri sepeda impor," jelas Rudiyono.

Selain bea masuk, Rudiyono menyayangkan minimnya pengawasan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI). "Banyak sepeda impor memakai satu SNI untuk banyak segmen. SNI sepeda gunung digunakan untuk sepeda jenis lain, ini tidak benar," katanya.

Ronny Lianto, Direktur Polygon Indonesia, produsen sepeda terbesar di Indonesia. mengaku mendukung upaya AIPI melakukan harmonisasi tarif bea masuk  impor bahan baku. "Kami mendukung usulan itu demi industri dalam negeri," terang Ronny.

Dengan produksi Polygon saat ini mencapai 600.000 unit per tahun, kapasitas terpakai pabrik ini mencapai 80 persen-90 persen. Adapun penjualan Polygon, sebesar 60 persen untuk pasar ekspor ke-50 negara, sisanya dalam negeri. Ekspor Polygon terbesar ke Eropa (60 persen-70 persen), AS (10 persen), Australia (5 persen), sisanya ke negara lain. (Benediktus Krisna Yogatama)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com