Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan Sagu Terluas, Papua Barat Miskin Infrastruktur

Kompas.com - 04/09/2014, 08:00 WIB
Estu Suryowati

Penulis


SORONG, KOMPAS.com
- Papua Barat merupakan daerah dengan hutan sagu terluas di dunia, sekitar 2 juta hektar. Jika ditambah dengan Papua dan Papua Nugini, luas hutan sagu sekira 4,5 juta hektar.

Potensi sagu begitu besar. Permintaan domestik tepung sagu saja mencapai 5 juta ton per tahun, namun baru dipenuhi sekitar 3,5 juta ton. Belum lagi permintaan pasar manca negara yang juga tak kalah besar.

Indonesia, yang kaya akan potensi sagu, justru terancam Malaysia yang sudah jauh lebih dulu mengembangkan industri sagu di Kuching sejak 1969.

"Masalahnya tidak mudah. Infrastruktur di Papua ini sangat terbatas. Kalau swasta mau bangun pabrik, saya yakin tidak mau. Kebutuhan energi di pabrik sagu saja 1,5 megawatt, dan PLN mengaku tidak mampu," kata Direktur Utama PT Perhutani (Persero) Bambang, kepada wartawan di Kais, Sorong Selatan, Papua Barat, Rabu (3/9/2014).

Dalam kunjungannya menengok pembangunan pabrik sagu di Kais, Bambang menuturkan, pihaknya sangat kesulitan dengan ketersediaan listrik, jalan, dan pelabuhan.

Bambang menuturkan, industri sagu sebenarnya juga menghasilkan produk samping yakni residu sagu yang bisa diolah menjadi biomassa. Namun tentunya pada tahun-tahun pertama pabrik berproduksi, residu sagu tidak akan banyak, sehingga belum memungkinkan untuk dijadikan energi alternatif.

Atas dasar itu, pada tahap awal, Perhutani menggandeng PT PLN Engineering untuk ketersediaan energi. Jual beli listrik dari PT PLN Engineering belum disepakati. Yang pasti, saat comissioning pada Maret 2015 mendatang, listrik sudah mengalir. "Kelebihan listrik, nanti bisa dimanfaatkan oleh warga setempat," kata dia.

Selain listrik, tidak adanya infrastruktur jalan diakui Bambang menjadi tantangan tersendiri baik bagi investor maupun masyarakat setempat untuk mengembangkan perekonomian. Padahal, ini adalah tanggungjawab pemerintah untuk memberikan pemerataan pembangunan.

Pabrik sagu Perhutani di Kais, bisa diakses melalui dua jalur, darat dan air. Perjalanan melalui air memakan waktu sekitar tiga hingga empat jam. Sementara dari darat, bisa memakan waktu 2,5 jam hingga 3 jam, dari peradaban terdekat yakni Teminabuan.

Teminabuan sendiri bisa dicapai dari kota Sorong setelah menempuh perjalanan darat sekitar enam jam. Jalanan licin, sebagian besar tak beraspal, dan berkelok-kelok dengan tebing dan jurang di kanan-kirinya. Total perjalanan kota Sorong sampai Kais bisa mengabiskan waktu 12 jam.

Tidak tersedianya jalan yang layak di Kais juga menyulitkan warga untuk memasok sagu-sagu mereka ke pabrik sagu Perhutani. "Mengambil sagu dari rakyat itu teknis, tapi sebenarnya masalahnya adalah transportasi," aku Bambang.

Solusinya, lanjut dia, Perhutani juga akan menormalisasi sungai-sungai kecil, sehingga mempermudah pengiriman sagu rakyat ke pabrik. Nantinya, sagu-sagu itu bisa diantar ke pabrik dengan menggunakan rakit.

"Untuk pelabuhan kita harapkan segera dibangun, guna mempermudah distribusi produksi tepung sagu. Sementara ini memang ada kapal kecil-kecil. Tapi tidak efisien transportasinya kalau ngirimnya kecil-kecil (volumenya)," kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Whats New
PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

Whats New
Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Whats New
LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

Whats New
Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com