Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Fewer, Bigger, Bolder": Strategi Bisnis Tumbuh Berkesinambungan

Kompas.com - 10/09/2014, 10:10 WIB

KOMPAS.com-
Banyak perusahaan – baik skala besar maupun kecil –cenderung melakukan langkah gegabah dengan ekspansi ke berbagai negara dengan maksud untuk mendongkrak pendapatan secara cepat. Sayangnya, banyak perusahaan yang terjebak pada ekspansi semata tanpa mempertimbangkan pertumbuhan perusahaan secara jangka panjang.

Padahal, tujuan bisnis adalah senantiasa bertumbuh dari zaman ke zaman. Bisnis yang tidak bertumbuh bisa diprediksi sedang mengalami masalah. Namun, proses bertumbuh ini bukan sembarang, seperti asal cepat, asal profitnya naik, dan sebagainya secara jangka pendek. Pertumbuhan yang dimaksud adalah pertumbuhan yang berkesinambungan secara jangka panjang.

Tidak disangkal, era digital sekarang ini menyuguhkan aneka peluang baru untuk bisnis. Tuntutan untuk senantiasa berubah dan bergerak cepat juga membuat perusahaan berupaya terus mengadaptasi dirinya agar tetap relevan dengan kebutuhan konsumennya. Tapi, globalisasi dan revolusi digital saat ini juga menyuguhkan aneka ketidakpastian bagi bisnis.

Dalam konteks tersebut, Profesor Mohan Sawhney menawarkan cara cerdas bagi perusahaan agar bisa mengalami pertumbuhan yang signifikan dengan cara-cara cerdas. Ekspansi gegabah di atas oleh Sawhney “dilawan” dengan apa yang disebut dengan sustainable growth (pertumbuhan yang berkesinambungan).

Pertumbuhan yang dimaksud adalah pertumbuhan yang tidak mengharuskan anda berpusing ria dengan angka-angka di setiap kuartal, pertumbuhan yang menghasilkan marjin yang layak, pertumbuhan yang membuat struktur perusahaan berorientasi pada profit, maupun pertumbuhan yang digapai dengan simplisitas dan bukan kompleksitas yang menguras energi.

Untuk mendapatkan pertumbuhan yang berkesinambungan tersebut, perusahaan harus melakukan tiga langkah utama, yakni Fewer, Bigger, Bolder. Tahap demi tahap, perusahaan yang mengimplementasikan strategi ini bisa mengalami pertumbuhan bisnis yang langgeng dengan kenaikan profit serta penghematan ongkos.

Kata kunci dari ketiga langkah tersebut adalah fokus. Intinya, perusahaan harus bisa fokus pada potensi-potensi yang bisa membawanya pada pertumbuhan berkesinambungan tersebut. Sebab itu, Sahwney menyebutnya dengan framework Focus7. Dalam hal ini, perusahaan harus mengisolasi potensi-potensi pertumbuhan bagi perusahaan, termasuk modal, peluang, program, sumber daya manusia, dan sebagainya.

Kerangka kerja ini terdiri dari tujuh langkah, yakni Discovery (Search for growth), Strategy (Pick your bets), Rallying Cry (rouse the troop), People (unleash potential), Execution (simplify and delegate), Organization (align and collaborate), dan Metrics (measure and communicate progress).

Secara umum, perusahaan harus bisa melakukan pengurangan sejumlah aktivitas perusahaan dan fokus pada inisiatif-inisiatif yang memiliki potensi pertumbuhan terbesar. Dalam proses Discovery, perusahaan harus mampu memetakan potensi-potensi besar yang ada. Selain itu, perusahaan harus bisa menyelaraskan kepemimpinan dengan inisiatif-inisatif baru.

Terkait strategi, perusahaan harus bisa memprioritaskan sisi-sisi mana saja yang paling memengaruhi pertumbuhan terbesar perusahaan. Selanjutnya, startegi tersebut harus bisa dikomunikasikan secara sederhana ke seluruh elemen perusahaan (rallying cries). Ini bisa diterjemahkan dalam aneka bentuk, seperti slogan, akronim, gambar, maupun warna.

Langkah berikutnya adalah menaruh perhatian pada SDM yang paling berpotensi dan relevan dalam upaya membangun pertumbuhan tersebut. Perusahaan harus menaruh perhatian besar pada orang-orang yang cerdas, memiliki passion, dan energi besar dalam proses transformasi itu. Intinya, menaruh orang-orang yang tepat di tempat yang tepat pula.

Lalu, perusahaan harus bisa mensimplifikasi proses operasional bisnisnya. Dalam hal ini, perusahaan harus mampu mendelegasikan tugas-tugas penting kepada orang-orang yang berbakat tadi. Selanjutnya, perusahaan juga harus mampu membangun kolaborasi dengan banyak elemen. Kolaborasi ini dimaksudkan untuk mendobrak rintangan dan masalah yang selama ini menghambat perusahaan dalam bertumbuh. Terakhir, perusahaan harus bisa membuat indikator keberhasilan untuk mengukur kemajuan yang dicapai. Lalu, mengomunikasikannya kepada semua elemen.

Dengan ketiga langkah fokus tersebut, harapannya, perusahaan tidak lagi melakukan ekspansi secara gegabah yang tampak gemilang di jangka pendek namun rapuh, tetapi bisa selalu bertumbuh secara bekesinambungan sekarang dan di masa depan.

Prof Mohan Sawhney akan bertandang kembali ke Indonesia dan akan memberikan seminar di Jakarta pada 16 Oktober mendatang. Guru New Wave Marketing dari Kellog School of Management ini akan memberikan seminar bertajuk “Fewer, Bigger, Bolder”. Tema ini diusung berdasarkan buku Sawhney terbaru yang ia tulis bersama Sanjay Khosla berjudul “Fewer, Bigger, Bolder: From Mindless Expansion to Focused Growth” terbitan Penguin Group tahun 2014. (Sigit, Marketeers)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com