Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya “Sederhana” Jokowi Bisa Pertahankan Nilai Tukar Rupiah?

Kompas.com - 13/09/2014, 06:17 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Bak mantra, gaya “sederhana” presiden terpilih Joko Widodo diyakini dapat mengundang simpati pelaku ekonomi, baik domestik maupun global.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, A Tony Prasetiantono menuturkan, Indonesia berpeluang terhindar dari pelemahan nilai tukar yang tajam seandainya Janet Yellen menaikkan suku bunga acuan The Federal Reserve.

Lantaran “gaya baru” presiden baru itu pula, Tony optimistis masih akan terjadi capital inflow pada tahun depan.

Ditemui usai East Asia Policy Dialogue: Indonesia in Trade Agreements, di Jakarta, Jumat (12/9/2014), Tony menengarai, Gubernur The Fed bakal menaikkan suku bunga dengan kehati-hatian. Ada dua alasan. Pertama, dollar AS yang menguat akibat sentimen pasar Amerika Serikat yang terlalu positif, tidak baik. Sehingga dia perkirakan Yellen akan menaikkan secara bertahap suku bunga 1 persen.

“Kedua, Amerika Serikat akan berhati-hati, apakah itu akan mengganggu neraca perdagangan mereka. Jangan sampai dollar AS menguat itu malah membuat produk-produknya tidak kompetitif,” papar Tony.

Di sisi lain, lanjut dia, Indonesia memiliki harapan bahwa dengan adanya Presiden baru, maka muncul sentimen baru pula. Sebenarnya di manapun juga ada presiden baru, maka muncullah harapan baru.

“Apalagi presiden kita yang baru ini punya style berbeda, gaya berbeda. Dengan itu, akan menimbulkan simpati. Nah, simpati ini akan menimbulkan sentimen positif, capital inflow,” sambung Tony.

Dengan dua alasan tersebut, Tony menuturkan bahwa rupiah belum tentu melemah terlalu dalam usai The Fed mengerek suku bunga. “Masih akan terjadi tarik-menarik. Sama seperti di India. Di India itu pemimpinnya kelihatannya bagus nih. Narendra Modi (Perdana Menteri India) ini kayaknya agak mirip-mirip Jokowi, mendapat dukungan yang luas,” sebut Tony.

Dengan adanya tarik-menarik seperti itu, Tony mengaku tidak pesimistis rupiah bakal anjlok terlalu dalam, dan bakal terjadi banyak capital reversal. Karena itu, pada tahun depan nilai tukar rupiah akan berada di level Rp 11.200 hingga Rp 11.500 per dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com