Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UKP4: Anggaran Kementerian ESDM Paling Besar, tetapi Penyerapan Rendah

Kompas.com - 15/09/2014, 13:58 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjadi salah satu kementerian yang memperoleh anggaran paling besar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 yakni sebesar Rp 16,3 triliun. Namun, besarnya anggaran itu ternyata tidak disertai dengan tingkat penyerapan yang baik.

"Kementerian ESDM salah satu kementerian yang paling banyak anggarannya tapi rendah penyerapannya. Selain itu, Kementerian PDT itu juga paling rendah penyerapannya tapi anggaranya tidak setinggi ESDM," kata Kepala UKP4 Kuntoro Mangkusubroto, dalam pembukaan Rapat Pembekalan Instrumen Tata Kelola Keuangan serta Inisiatif Perbaikan Tata Kelola Hutan dan Lahan, Jakarta, Senin (15/9/2014).

Kuntoro mengatakan, sisa anggaran Kementerian ESDM untuk semester I tahun anggaran 2014 masih mencapai Rp 15 triliun.

"Jadi hanya terpakai sekitar 7,5 persen dari total seluruh anggarannya," ujarnya.

Kementerian ESDM dinilai UKP4 sebagai kementerian yang berkinerja rendah. Rapor merah bagi kementerian itu, kata Kuntoro, sudah terjadi dalam dua tahun terakhir ini.

Dari sisi realisasi belanja, Kementerian ESDM juga masih sangat jauh dibandingkan rata-rata realisasi belanja nasional di kementerian dan lembaga yang mencapai 28 persen.

Wakil Menteri Keuangan, Anny Ratnawaty menjelaskan, rendahnya penyerapan di Kementerian ESDM lantaran banyak terjadi perencanaan program yang tidak matang

"Perencanaan yang tidak matang menyebabkan penyerapan  rendah," kata dia.

Kuntoro menambahkan, perencanaan program di Kementerian ESDM seperti anggaran transmisi tegangan tinggi di Jawa Tengah dan juga pembangkit listrik tenaga mikro hydro di Papua. Untuk program di Jawa Tengah, Kuntoro menilai, pemasangan transmisi tidak jelas sehingga menyebabkan kekisruhan pemilik tanah.

"Sementara untuk program di Papua, serapannya sangat rendah karena  rencana PLT kan seharusnya dilakukan  survei mendalam. Kalau cara penatapan seperti ini, sangat sulit berikan serapan tinggi," ungkap Kuntoro. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com