Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendiri Bank Grameen: Jika Bank Buru Orang Kaya, Saya Lebih Memilih Kaum Miskin

Kompas.com - 16/09/2014, 10:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
- Pendiri Bank Grameen Profesor Muhammad Yunus menyatakan, kepercayaan adalah modal utama membangun bisnis yang dia mulai yaitu simpan pinjam khusus untuk kaum miskin di Bangladesh.

"Bisnis kami berdasarkan kepercayaan, kami tidak membutuhkan surat berharga sebagai jaminan, karena nasabahnya orang miskin," katanya Yunus.

Dia mengemukakan hal itu dalam diskusi "Sociopreneurship: unlocking Indonesia's Great Potentials" di Universitas Paramadina, Jakarta, Senin (15/9/2014).

Menurut Yunus, bisnis yang bergerak di bidang sosial dalam bentuk simpan pinjam, bukanlah bisnis memperkaya diri sendiri. Bisnis tersebut, jelasnya, untuk mengatasi masalah sosial seperti kemiskinan dan kelaparan.

"Bisnis ini mengunakan metode subsidi silang dan bersifat saling menguntungkan," kata Yunus.

Dengan kehadiran bank tersebut, lanjut dia, orang miskin tidak kesulitan dalam mencari pinjaman untuk dijadikan modal usaha.

Dia mengemukakan, selama ini untuk memperoleh pinjaman di bank tertentu, orang harus memasukkan jaminan minimal surat-surat berharga sebagai syarat utama.

"Saya memberikan pinjaman uang dari kantong sendiri apabila ada orang yang kesusahan uang, Tujuannya supaya mereka tidak perlu pergi ke lintah darat, sehingga masalah mereka selesai," ujarnya.

Pria penerima Nobel Perdamaian 2006 itu menjelaskan, proses pinjaman di bank Grameen sangat mudah diakses oleh orang miskin.

Keuntungan perusahaan  yang didapatkan dari nasabah, lanjutnya, diputar kembali untuk disalurkan kepada yang membutuhkan seperti bantuan sosial lainnya.

Ia prihatin terhadap sistem perbankan yang memberikan pinjaman bagi mereka yang memiliki jaminan sedangkan rakyat miskin tidak tahu tempat meminjam uang.

"Saya melakukan berbeda dengan bank umumnya. Jika bank memburu orang kaya, saya lebih memilih kaum miskin. Jika bank mencari pria sukses, saya mencari anak-anak muda. Jika bank mengincar pusat perkotaan, saya lebih fokus ke daerah tertinggal," katanya.

Yunus menceritakan, keinginan kuat itu muncul saat dirinya melihat kesusahan orang lain yang tidak bisa mendapatkan pinjaman dari bank dan terpaksa harus meminjam kepada rentenir.

Tiba-tiba terlintas di pikirannya untuk meminjamkan uang. "Saya sedih, marah, kecewa kepada rentenir. Karena orang seperti itu hanya memeras dan merampas hak mereka orang miskin ketika tidak mampu membayar dan mengambil segala yang mereka miliki," katanya.

Sementara itu, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan yang juga bertindak sebagai moderator diskusi, mengatakan pendekatan bisnis sosial yang dilakukan Prof Muhammad Yunus dapat diterapkan di Indonesia karena manfaatnya berdampak cukup besar kepada kaum miskin.
 
"Kita perlu melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda, seperti yang dilakukan Muhammad Yunus, untuk memperbaiki perekonomian Indonesia ke arah lebih baik," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com