Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PTPN IX Aplikasikan Teknologi Asap Cair untuk Olah Getah Karet

Kompas.com - 16/09/2014, 13:25 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis


UNGARAN, KOMPAS.com — PT Perkebunan Nasional (PTPN) IX Jawa Tengah pada tahun 2015 akan mengaplikasikan teknologi asap cair di semua perkebunan pengolah karet. Teknologi tersebut dinilai lebih hemat biaya produksi dan meningkatkan kualitas karet.

Terkait hal itu, sebanyak 54 sinder kebun di bawah PTPN IX mengikuti pelatihan di Kebun Getas, Kecamatan Bringin, Semarang, pada 15 hingga 18 September 2014 agar bisa mengaplikasikan teknologi asap cair di tiap-tiap perkebunan.

"Rencananya, tahun 2015, semua perkebunan karet mengaplikasikan asap cair untuk produksi karet. Sebab, asap cair ini lebih efisien dalam hal waktu dan hemat biaya. Untuk mendukung terlaksananya program tersebut, seluruh SDM yang terkait, yakni sinder teknik dan mandor se-PTPN IX, dilatih mengenai cara pengelolaan asap cair untuk produksi karet," kata Kepala Bagian Teknik dan Pengelolaan PTPN IX Puji Lestari, Senin (15/9/2014) siang.

Menurut Puji, penggunaan asap cair dalam proses pengolahan getah karet lebih efisien. Selain itu, limbahnya yang berupa arang kayu juga dapat dimanfaatkan untuk briket arang. Sebelumnya, pengolahan getah karet menggunakan asam semut yang berharga lebih mahal.

"Selanjutnya, pada akhir September 2014, pelatihan dilanjutkan bagi para mandor. Harapannya, tahun 2015, semua perkebunan sudah dapat mengaplikasikan asap cair," kata Puji.

Untuk mengawali aplikasi asap cair, pelaksanaannya akan dilakukan di lima kebun yang memproduksi browncrepe, yakni Kebun Kawung, Getas, Merbo Batujamus, dan Balong.

"Di PTPN IX ada 11 kebun karet. Namun, pelatihan tidak hanya untuk sinder kebun karet, tetapi juga sinder kebun teh dan kopi. Ini karena mereka bisa saja dimutasi ke kebun karet, jadi mereka nantinya sudah mampu mengelola asap cair. Ke depan, asap cair tidak hanya untuk kita, tetapi dijual. Sasarannya, produksi karet rakyat karena harga asap cair ini lebih murah," imbuhnya.

Instruktur pelatihan, Teguh Widodo, mengatakan, produksi asap cair membutuhkan sebuah reaktor. Namun, penambahan unit kerja tersebut sebanding dengan hasil efisiensi biaya dan waktu dalam memproduksi karet.

"Memang jadinya tambah pekerjaan karena harus membuat reaktor dan memprosesnya selama 1-2 minggu untuk mendapatkan asap cair yang tepat agar dapat membekukan getah karet. Akan tetapi, hasilnya lebih baik dan lebih menghemat biaya produksi," kata teguh.

Sementara itu, Kartono, administrator Kebun Getas di Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, sudah mengawali aplikasi asap cair untuk memproduksi karet di kebun yang dipimpinnya.

Saat menggunakan asam semut, pihaknya membutuhkan waktu 5 hari untuk pengeringan. Dengan asap cair, proses itu hanya 3-4 hari. Ongkos produksi pun menjadi murah, yakni Rp 213 per kilogram, dari sebelumnya Rp 500 per kilogram. Padahal, Kebun Getas dalam sehari mampu memproduksi 3-6 ton dan total produksi per tahun mencapai 1.551 ton.

"Di PTPN IX, kami yang mengawali aplikasi asap cair. Sudah satu bulan lebih kita menggunakan asap cair. Lebih irit ongkos produksi, mempercepat pengeringannya, dan kualitas juga lebih baik,” ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com