Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Inovasi Kerupuk Kemplang Sayur, Raih Omzet Rp 50 Juta Per Bulan

Kompas.com - 17/09/2014, 09:45 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis


PALEMBANG, KOMPAS.com
 — Kerupuk kemplang mungkin sudah tak asing lagi di telinga para penikmat kuliner. Camilan khas Kota Palembang, Sumatera Selatan, itu kini terus dikembangkan dengan ragam inovasi.

Salah satu pengembang inovasi itu adalah Zulfa Kartika atau biasa disapa Ce Eva dari binaan Badan Penelitian, Pengembangan, Inovasi Daerah (Balitbangnovda) Provinsi Sumatera Selatan. Bersama suami seorang guru SMA, M Yunus, Eva berinovasi atas usaha turun-temurunnya itu.

"Tahun 1990 mulai usaha sendiri. Lalu tahun 2011 ketemu sama teman sekolah (Ibu Vina) orang Balitbangnov," ucap Eva saat dikunjungi di tempat usahanya.

Eva menuturkan, usaha ini sebelumnya telah dirintis oleh orangtuanya. Awalnya, ia menjual mentah kerupuk itu. Berkembangnya pasokan ikan pun mengubahnya menjual dalam bentuk siap makan.

Kemudian, ia dan suami meneruskannya dengan mencari inovasi lain baik dari segi rasa maupun packaging-nya. Pada tahun 2004, ia diajak mengikuti pameran semacam usaha kecil menengah oleh PT Pupuk Sriwijaya (Pusri). Semenjak itu, ia memfokuskan diri untuk melakoni usaha yang berlokasi di Jalan KHA Azhari Lr Anten-anten No 575, Ulu Laut, Palembang, Sumatera Selatan, tersebut.

Di bawah Balitbangnovda inilah ia mencoba membuat kerupuk kemplang dari sayuran, yakni wortel dan seledri. Pembentukan kemplang dari sayuran ini didapatnya saat mengikuti pelatihan perindustrian Balitbangnovda selama seminggu. Setidaknya, bergabung dalam binaan itu usahanya meningkat lebih kurang 30 persen.

"Ya, cukup berbeda dengan sebelumnya. Balitbangnov mengajak buat kerupuk dengan rasa baru," ucap dia.

Dengan dibantu 15 orang pekerjanya, ia kini memiliki varian rasa dari original, bombay, wortel, seledri dengan 14 jenis kerupuk, seperti batok, bulat, sangku, kuncit, pisang atau kipas, serta anggur. Ia pun pernah mencoba inovasi dengan tepung semacam barbeque dan jagung bakar. Namun, minat konsumen justru lebih ke sayuran.

"Dalam pembuatannya, sayur tersebut diparut menggunakan parutan keju. Lalu ditambahkan dengan air secukupnya. Karena sayur berair jadi dikit aja airnya," tutur dia.

Kendala dari pembuatan kerupuk ini adalah terik panas matahari. Apabila matahari memancarkan panas besar, tentu akan lebih cepat matang. Penjemuran tersebut berlangsung selama dua sampai tiga hari. Namun, bila menggunakan gas, pengeringan membutuhkan waktu satu hari untuk matang dengan hasil kurang maksimal.

"Dipotong setelah sejam. Dijemur dua hari. Terus ada pula yang dijemur lebih kurang lima jam baru goreng," tambah suaminya, Yunus.

Toko Hj Eva Yunus itu buka 24 jam setiap harinya. Dengan harga jual kerupuk Rp 55.000 per kg untuk kerupuk mentah dan Rp 70.000 per kg untuk kerupuk siap makan.

Dalam sehari, ia dapat memproduksi 50kg-60 kg kerupuk dengan pendapatan Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per harinya. Sedangkan bila dihitung bersih, setiap bulannya ia dapat meraih Rp 5 juta-Rp 10 juta dengan omzet Rp 40 juta-Rp 50 juta per bulan.

Wanita kelahiran 26 Oktober 1967 tersebut ternyata banyak diminta mengirimkan kerupuk kemplang ke luar negeri, seperti Malaysia. Ia pun pernah mencoba mengirimnya, tetapi mahalnya ongkos kirim dan sempat hancurnya kerupuk saat pengiriman membuatnya menghentikan penjualan ke luar negeri.

"Pernah sosialisasi ngirim dipulangi karena kekurangannya itu mahal ongkos kirimnya," tambah dia.

Selain menjual kerupuk kemplang, ia pun menjual pempek dari berbagai jenis. Kudapan yang dilengkapi dengan cuka hitam itu hanya dijual ketika ada konsumen yang memesan. Berkat kerja kerasnya selama ini, usaha serupa didirikan oleh pegawainya. Bahkan, beberapa mantan pegawainya kini meneruskan usaha di bidang yang sama dengannya.

"Setelah kami banyak keluarkan, nurut mereka jual lagi. Tidak merasa saingan, kan kita punya langganan masing-masing," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Whats New
Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Whats New
Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Rilis
Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com