Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transformasi Media dan Tantangannya

Kompas.com - 20/09/2014, 12:12 WIB


"Satu-satunya hal yang tetap adalah perubahan."

Kata-kata populer ini sungguh relevan jika kita membicarakan industri media beberapa tahun terakhir. Menurut Executive Director dan CEO International News Media Marketing Association (INMA) Earl J Wilkinson, justru inilah saat yang paling menarik dalam sejarah industri media.

Sebagai konduktor dan facilitator dalam berbagi pengalaman antaranggota INMA, yang saat ini mencapai 6.800 eksekutif dari 600 perusahaan media di 80 negara, Earl diyakini memiliki insight tentang apa yang terjadi di industri media dan apa yang dilakukan perusahaan media yang terbukti sukses dalam mengarungi lautan perubahan di industri ini.

Di industri surat kabar, misalnya, Earl mengamati banyak penerbit tidak lagi melihat surat kabar semata-mata sebagai produk media cetak. Mereka melakukan transformasi menjadi perusahaan media yang menghasilkan produk jurnalisme dan menyajikannya dalam berbagai platform, serta menjalin engagement dengan audiens sepanjang 24 jam sehari 7 hari seminggu.

Transformasi value proposition ini menuntut perubahan mindset pekerja media dari semula menjual space di media cetak menjadi menjual jasa pemasaran untuk meraih audiens yang lebih luas.

Bagaimana dengan tren konsumsi media? Menurut Earl, pada saat ini, justru lebih banyak orang mengonsumsi berita dibandingkan pada masa lalu, tetapi mereka melakukannya secara digital. Oleh karena itu, makin banyak perusahaan media mulai berada pada situasi ketika lebih dari setengah konten digital mereka dikonsumsi melalui mobile device.

Sampai 2020, diprediksi akan ada 3 miliar orang lagi yang akan terkoneksi ke internet karena akses ponsel pintar. Secara demografis, mereka termasuk dalam segmen CDE. Dalam jangka panjang, hal ini tentu saja menjadi peluang bagi perusahaan media.

Keunggulan tersendiri media cetak
Media cetak tetap memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan media lain, tetapi harus mampu tampil dalam bentuk yang berbeda dari sebelumnya. Di sebagian besar tempat di belahan dunia ini, audiens dengan tingkat engagement paling tinggi tetap di media cetak.

Earl menggambarkan media cetak sebagai "an emotional, deeply engaging medium, that reaches a very passionate audience - passion for the information, passion for the advertising, passion for the platform".

Masyarakat di atas usia tertentu dan mapan secara ekonomi, membaca media cetak. Kalangan yang dikenal sebagai the influencers membaca media cetak lebih banyak dibandingkan pada masa lalu, justru pada era tingginya tingkat lalu-lalang percakapan digital seperti sekarang ini.

Di sisi lain, media digital memiliki beberapa keunggulan antara lain dalam hal detail profil audiens mereka serta mampu membuka peluang transaksi secara langsung dengan audiens. Dengan demikian, seorang manajer media harus mampu mengoperasikan, baik traditional media maupun new emerging digital media, memadukan media cetak dan digital untuk meningkatkan value bagi para pemasar dalam meraih audiens.

Menurut Earl, dalam 25 tahun ke depan, media akan datang dan pergi dalam berbagai bentuk surat kabar, majalah, televisi, radio, outdoor, media sosial, dan lain-lain. Media baru akan muncul, sebagian akan hilang dan sebagian lagi secara berkala akan beradaptasi sehingga mampu meraih audiens dengan cara-cara yang lebih efisien.

Perkembangan teknologi ke depan akan memungkinkan adanya pemilahan audiens lebih jauh dan diciptakannya berbagai komunitas baru. Kata kuncinya bukan pada bentuk medianya, melainkan bagaimana membangun value proposition yang relevan dengan audiens.

Realitas saat ini yang disampaikan Earl adalah perusahaan media sering dihadapkan pada dilema akan melakukan berbagai hal untuk menjadi perusahaan multimedia, tetapi kontribusi pendapatan dari digital barangkali baru 2-5 persen dari total pendapatan. Bagi mereka, tantangannya adalah bagaimana caranya mempercepat reinvention sebagai perusahaan multimedia ketika pada saat yang sama masih bergantung pada pendapatan media cetak.

Dari pengamatan Earl, perusahaan media yang terbukti sukses dalam bertransformasi adalah mereka yang berinvestasi dalam hal mengubah corporate culture mereka. Perusahaan media tidak bisa beralih dari media cetak ke multimedia tanpa mengubah mindset tenaga kerja mereka, juga tanpa merekrut dan mempertahankan young digital talent.

Perusahaan-perusahaan seperti Fairfax di Australia, Schibsted di Norwegia, dan Axel Springer di Jerman melakukan reinventing dalam hal bagaimana pekerjaan media dijalankan, dengan banyak becermin pada apa yang terjadi di Silicon Valley. Kecepatan dalam melakukan perubahan dan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi juga menjadi faktor penentu dalam kesuksesan transformasi perusahaan media ke depan.

Lukas Widjaja
Senior Advisor to CEO Kompas Gramedia
@kompasklass #kgapmf

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com