Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Selatan "Dirayu" agar Mangga Indonesia Bisa Masuk

Kompas.com - 25/09/2014, 13:10 WIB

NAY PYI TAW, KOMPAS.com – Indonesia meminta Korea Selatan mempercepat proses perijinan bagi masuknya produk mangga Indonesia ke pasar negara tersebut. Selama ini, produk mangga Indonesia tidak bisa masuk karena adanya perbedaan penanganan lalat buah yang dilakukan Indonesia dengan yang dipersyaratkan Korsel.

Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (25/9/2014), permintaan itu disampaikan Menteri Pertanian RI Suswono saat melakukan pertemuan bilateral dengan Wakil Menteri Pertanian, Pangan, dan Pedesaan Korea Selatan, Yeo In-hong di sela-sela pertemuan "AMAF Plus 3", Rabu kemarin.

Menurut Mentan, Indonesia sudah mempresentasikan penggunaan sistem air panas untuk mematikan lalat buah. Namun hingga kini belum ada jawaban dari pihak Korsel terkait hasil presentasi tersebut.

Korsel juga menyatakan akan mengirim tim inspeksi untuk meninjau secara langsung penanganan buah mangga untuk ekspor, termasuk cara mematikan lalat buah yang dilakukan Indonesia. Namun hingga kini tim inspeksi Korsel belum juga hadir di Indonesia.

“Kami berharap agar tim inspeksi Korsel bisa segera datang dan memeriksa hal-hal yang perlu diketahui,” kata Mentan Suswono.

Wakil Menteri Pertanian, Pangan, dan Pedesaan Korsel menyatakan akan memerhatikan permintaan Indonesia tersebut, dan akan menyampaikannya kepada pihak terkait.

Sementara itu, pihak Korsel meminta agar produk pertaniannya bisa masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Karena jika di luar Tanjung Priok jarak angkutnya menjadi panjang.

Menanggapi keluhan ini Mentan menjelaskan, pelabuhan Tanjung Priok adalah pelabuhan terpadat dan tersibuk di Indonesia, sehingga proses bongkar muat harus antri dan memakan waktu lama.

Selain itu saat ini sedang dilakukan pembenahan di Tanjung Priuk untuk melengkapi sarana dan prasara bongkar muat barang, sehingga pintu masuk untuk produk impor pertanian terpaksa di alihkan ke sejumlah pelabuhan lain di Pulau Jawa.

“Karena waktu bongkar muat memakan waktu yang lama dikhawatirkan produknya rusak sehingga tidak layak dikonsumsi,” papar Mentan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com