Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beras Kembali Jadi Penyebab Inflasi September 2014

Kompas.com - 01/10/2014, 15:08 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, penyebab utama inflasi September 2014, berasal dari komoditas hortikultura, kelompok komoditas harga yang diatur pemerintah, dan juga pendidikan.

Kepala BPS Suryamin menyebutkan bahwa komoditas beras kembali menjadi penyebab inflasi September 2014. “Komoditas beras kembali menyadi penyebab utama inflasi dengan andil 0,02 persen. Kenaikan harga beras dibanding Juli 2014 sebesar 0,38 persen. Ini terjadi karena sudah memasuki masa paceklik,” kata Suryamin di Jakarta, Rabu (1/10/2014).

Sebagaimana diketahui, indeks harga konsumen per September 2014 sebesar 0,27 persen, inflasi tahun kalender sebesar 3,71 persen, inflasi tahun ke tahun (YoY) sebesar 4,53 persen, inflasi komponen inti September 2014 sebesar 0,29 persen, dan inflasi inti tahun ke tahun sebesar 4,04 persen.

Suryamin mengatakan, terjadi kenaikan harga beras di 51 kota IHK, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Padang dengan kenaikan sebesar 5 persen, dan Bukittinggi sebesar 4 persen.

Selain beras, inflasi September 2014 juga didorong kelompok komoditas harga bergejolak, utamanya dari hortikultura seperti cabe merah. Komoditas cabe merah memberikan andil terhadap inflasi 0,09 persen dengan kenaikan harga 26,07 persen.

“Ini disebabkan pasokan di sentra produksi berkurang. Terjadi kenaikan harga cabe merah di 74 kota IHK (Indeks Harga Konsumen), tertinggi di Semarang 93 persen, dan di Sumenep sebesar 90 persen,” kata dia.

Selain disebabkan kenaikan harga cabe merah, inflasi September 2014 juga didorong kenaikan harga bahan bakar rumah tangga. Komoditas ini masuk dalam kelompok harga diatur pemerintah.

Suryamin mengatakan, andilnya terhadap inflasi September 2014 sebesar 0,08 persen, dengan kenaikan harga sebesar 5,04 persen. “Ini karena kebijakan Pertamina menaikan harga LPG tabung 12 kilogram, yang naik Rp 1.500 perkilogram. Terjadi kenaikan di 80 kota IHK, kenaikan tertinggi terjadi di Sampit dan Banda Aceh sebesar 12 persen, dan Pare-pare sebesar 11 persen,” tutur Suryamin.

Selain harga elpiji tabung 12 kilogram, kelompok administered prices yang mendorong inflasi September 2014 adalah tarif listrik. Suryamin menuturkan andilnya terhadap inflasi September 2014 adalah 0,05 persen, dengan kenaikan harga mencapai 1,71 persen.

“Ini karena Peraturan Menteri ESDM, sehingga menyebabkan kenaikan di 81 kota IHK yang listriknya disediakan PLN naik antara 0,5-5,53 persen. Kota yang listriknya disediakan Pemda, Tarakan naik 22 persen. Namun, Batam yang juga disediakan Pemda tidak mengalami kenaikan tarif,” ujar dia.

Sementara itu, pendidikan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,02 persen dengan kenaikan biaya untuk pendidikan sebesar 1,65 persen. Ini disebabkan memasuki tahun ajaran baru. “Kenaikan terjadi di 28 kota IHK, tertinggi di Singaraja sebesar 16 persen, dan Balikpapan sebesar 15 persen,” kata Suryamin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com