Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Butuh 155.000 Pekerja Sosial

Kompas.com - 14/10/2014, 15:28 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com - Kebutuhan terhadap pekerja sosial (Peksos) di Indonesia mencapai 155.000 orang. Hingga kini, kebutuhan itu baru tercukupi sebesar 12.000 orang.

Menteri Sosial Salim Assegaf Aljufrie, mengatakan sebagian dari jumlah itu dipenuhi dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) yang merupakan bagian dari Kementrian Sosial.

“Alumni STKS sudah cukup banyak, namun masih butuh upaya agar ketersediaan alumni sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Juga,  menjadi pekerjaan rumah dan tantangan bagi STKS dan para alumni, ”paparnya dalam wisuda STKS Selasa (14/10/2014).

Menurut Salim, saat ini para pekerja sosial harus bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), karena momentum  itu membuka peluang yang lebih besar bagi para pekerja sosial.

“Peluang dan tantangan yang besar bagi peksos Indonesia untuk memasuki area peksos internasional dengan syarat mampu meningkatkan kapasitas kompetitif, ” kata Salim.

Salim menambahkan, Penduduk dari negara ASEAN bisa dengan mudah dan bebas memilih lokasi pekerjaan yang mereka inginkan. Pencari kerja akan memiliki kesempatan yang lebih besar karena lapangan kerja tersedia dengan berbagai kebutuhan keahlian yang beragam.

Para ahli peksos di berbagai negara melihat pentingnya praktik berbasis bukti. Dari berbagai penelitian, kata dia, kepuasaan para penerima manfaat turut meningkat, serta mendorong peksos profesional melakukan perbaikan terhadap kualitas pelayanan dan program yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam rangka menghadapi MEA, STKS sebagai pencetak Peksos dituntut untuk meningkatkan kualitas agar mampu menghasilkan peksos berkompeten dan profesional. Caranya, adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan produktivitas, khususnya mengembangkan kompetensi pendidikan peksos sesuai kebutuhan dalam konteks lokal, nasional maupun internasional.

“STKS harus mengembangkan pendidikan yang responsif terhadap kebutuhan yang bisa menyentuh permasalahan di masyarakat, “ ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com