Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Visi Maritim Jokowi, Tantangan Bernilai Ribuan Triliun Rupiah

Kompas.com - 21/10/2014, 20:34 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu visi Presiden Joko Widodo dalam pidato pelantikannya adalah menjadikan Indonesia berjaya di sektor kelautan dan maritim. Visi ini disebut layak didukung sekaligus dikritisi. Menghapus kerugian ribuan triliun rupiah dari kekayaan laut adalah tantangan visi ini.

"Banyak pekerjaan rumah agar Indonesia layak menjadi poros maritim dunia," kata anggota DPR Yudi Widiana Adia, dalam pernyataan yang diterima Kompas.com pada Selasa (21/10/2014). Dia mengatakan, 70 persen wilayah Indonesia merupakan laut tetapi justru pembangunan sektor kelautan dan maritim masih jauh tertinggal.

"Sampai dengan era SBY selesai, Indonesia belum layak dIsebut sebagai negara maritim karena perekonomian, industri, serta perniagaannya belum betul-betul mengoptimalkan potensi laut," ujar Yudi.

Karenanya, Yudi meminta Jokowi memunculkan cetak biru pembangunan pelabuhan-pelabuhan laut untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia tersebut. Bagaimanapun, ujar dia, pelabuhan merupakan simpul pergerakan orang, barang, dan jasa, yang dengannya nilai ekonomi laut akan meningkat.

Yudi juga berpendapat, kekuatan armada laut Indonesia juga harus mantap bila memang menghendaki negara ini berjaya di samudera. "Bukan hanya menjaga pertahanan keamanan, tetapi juga kekayaan sumber daya laut Indonesia dari penjarahan asing," tegas dia.

Kerugian ribuan triliun rupiah

Potensi kemaritiman Indonesia, lanjut Yudi, juga belum digarap optimal. Keuntungan posisi strategis Indonesia, misalnya, menurut dia justru dinikmati Singapura karena kemampuan negara kota itu memberikan layanan yang memuaskan bagi kapal dagang yang melintas di perairan Nusantara.

"Indonesia memiliki tiga alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) dengan potensi nilai perdagangan 1,5 juta dollar AS per hari, setara sekitar Rp 18 miliar per hari, tetapi belum memberi manfaat secara ekonomi," papar Yudi.

Berdasarkan data Badan Pangan Dunia (FAO), tutur Yudi, nilai perekonomian dari laut Indonesia diperkirakan mencapai 3 triliun dollar AS sampai 5 triliun dollar AS --setara sekitar Rp 36.000 triliun sampai Rp 60.000 triliun-- per tahun.

"Sayangnya, kekayaan sumber daya alam yang besar itu dijarah asing," kecam Yudi. Menurut Yudi, nilai ikan yang dicuri oleh nelayan asing dari wilayah laut di Indonesia tak kurang dari 23 miliar dollar AS -sekitar Rp 276 triliun- per tahun. Karenanya, Yudi meminta Jokowi benar-benar berkomitmen mengembalikan kekayaan maritim Indonesia.

Menurut Yudi, mutlak dibutuhkan penguatan infrastruktur yang menunjang pembangunan ekonomi maritim, peningkatan sumber daya manusia--terutama nelayan dan masyarakat pesisir--, serta penegakan hukum di laut. "Termasuk penguatan armada pengamanan laut, merupakan pekerjaan rumah utama yang harus dituntaskan Jokowi untuk visi ini."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com