Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Standardisasi Sertifikasi Rp 20 Juta, Orang Sudah Teriak.."

Kompas.com - 22/10/2014, 11:20 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, Hardjanto mengukur kemampuan industri manufaktur Indonesia dalam menghadapi pasar tunggal Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Menurut dia, banyak pelaku industri manufaktur yang belum siap. Dan oleh karena itu, pemerintah harus bisa melindungi pasar domestik.

Hardjanto mengatakan, sertifikasi produk industri menjadi salah satu langkah melindungi pasar dan pelaku domestik. Sayangnya, banyak pelaku industri tidak sadar pentingnya sertifikasi, dan justru mengeluhkan adanya bermacam-macam sertifikasi.

"Contoh di China itu sertifikasi standardisasi industri Rp 700 juta. Di Indonesia, Rp 20 juta saja sudah pada teriak," kata dia dalam seminar nasional bertajuk "Revitalisasi Kebutuhan Gas untuk Industri", Jakarta, Rabu (22/10/2014).

Selain itu, dia mencontohkan, proses setifikasi di negara industri maju seperti di Jepang bisa memakan waktu hingga 2 tahun. Itu pun belum ditambah pengorbanan biaya yang tidak sedikit. Hardjanto mengatakan, pada prinsispnya standar ini diadakan untuk mengamankan pasar domestik, agar produk industri bisa bersaing dengan produk asing yang masuk.

Adanya standardisasi justru dinilai untuk memuluskan perkembangan industri manufaktur domestik. "Apalagi pemerintah baru ini kan bilang Trisakti, berdiri di atas kaki sendiri. Ya, pasar dalam negeri harus dipertahankan," kata Hardjanto.

Produk yang standar sangat penting di tengah persaingan bebas kawasan ASEAN. Sebab, setelah tarif nol persen, negara-negara di kawasan masih menerapkan nontarif barier untuk mengamankan pasar mereka, salah satunya lewat standardisasi produk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com