Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patroli KKP Tak Maksimal, Susi Minta Kerjasama TNI/Polri

Kompas.com - 31/10/2014, 14:05 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengaku pengawasan yang dilakukan petugas patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sangat minim. Akibatnya, aktivitas penangkapan ikan menjadi tidak terkontrol optimal.

Negara pun, kata dia, merugi belasan triliun. Subsidi bahan bakar minyak yang diberikan Rp 11,5 triliun, namun penerimaan negara bukan pajaknya hanya Rp 300 miliar. "Jadi laporannya juga banyak yang missing," kata Susi dalam konferensi pers, Jumat (31/10/2014) pagi.

Pengawasan yang minim itu, lanjut Susi, membuat Indonesia tidak bisa menikmati besarnya potensi laut yang dimiliki. "Itulah kenapa Thailand yang lautnya seperlima kita tapi ekspornya lima kali kita (karena pengawasan bagus)," ucap Susi.

Bocornya penerimaan negara di sektor kelautan dan perikanan ini harus ditutup. Susi menegaskan, KKP butuh bantuan pengawasan dari seluruh kesatuan TNI AL dan kepolisian. "Karena begitu besarnya wilayah, patroli dari KKP juga sangat sedikit. Bahkan kita cuma punya waktu layar dari 27 kapal itu selama 60 hari dalam setahun. Bagaimana dengan (pengawasan) yang 300 hari?," tanya Susi.

Dia mengatakan, jika PNBP bisa ditingkatkan, maka negara juga akan memiliki dana lebih untuk melakukan pengawasan. Menurut Susi, tak hanya PNBP yang kecil yang menjadi akibat dari minimnya pengawasan. Lebih dari sekadar soal penerimaan negara, kerusakan lingkungan juga menjadi perhatian pengusaha lobster itu.

"Jadi kita tidak tahu seberapa jauh, kerusakan yang timbul akibat penangkapan ini," kata dia.

Menurut dia, cost recovery untuk kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan illegal fishing harus dihitung dalam kebijakan harga lisensi. "Kalau tidak, nanti sumber daya kita habis. Generasi kita yang akan datang tidak punya lagi sumber daya perikanan ini," tegas Susi.

"Habis di daratan, minyak, batubara, lautnya juga habis. Kita mau jadi bangsa apa? Mau bikin sillicon valley untuk 280 juta orang? I think it's impossible," ucap dia kesal.

Susi menambahkan, yang paling mungkin dilakukan adalah menjaga laut, hutan, daratan dengan tata kelola yang berkelanjutan. "Yang memikirkan keberlanjutan, yang memikirkan bahwa itu harus kita wariskan pada anak cucu kita," tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Earn Smart
Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Earn Smart
Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Earn Smart
Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Whats New
OJK Terbitkan Aturan 'Short Selling', Simak 8 Pokok Pengaturannya

OJK Terbitkan Aturan "Short Selling", Simak 8 Pokok Pengaturannya

Whats New
2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

Earn Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com