Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat, Menteri PPN Kesal Pemberitaan Pasar Tak Merespon Kabinet Kerja

Kompas.com - 01/11/2014, 18:18 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Pemberitaan di hari-hari pertama usai pengumuman menteri-menteri di Kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla awal pekan ini, nampaknya membuat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Andrinof Chaniago sedikit kesal.

Kepada wartawan di kantornya, Jumat (31/10/2014) petang, Andrinof curhat soal komentar-komentar para pengamat pasar yang menyebut respon pasar keuangan tidak bergairah usai mengetahui nama-nama menteri di Kabinet Kerja.

“Ini perlu saya sampaikan, pemberitaan di hari-hari pertama terhadap Kabinet, termasuk terhadap Menteri PPN, ada yang bilang pasar tidak merespons. Ini penting masyarakat, dan juga yang memberikan komentar memahami, pemerintah yang sekarang tidak bekerja untuk urusan jangka pendek,” kata dia.

Lebih lanjut Andrinof menegaskan, pemerintah membangun pondasi pasar jangka panjang. Dia pun mengatakan, pemerintah tidak peduli pendiktean pasar keuangan. “Kita bukan bekejar-kejaran dengan pasar keuangan, bukan main kucing-kucingan dengan fluktuasi pasar,” ucap dia.

Justru, kata Andrinof, pemerintah ingin membangun ekonomi yang mempunyai pondasi kokoh, sehingga dapat membuat pasar termasuk pasar keuangan menjadi lebih stabil. Adapun caranya, sambung Andrinof, adalah dengan meningkatkan produksi rakyat.

Andrinof memaparkan, pemerintah akan membangun ekonomi dari sektor-sektor seperti pertanian, perikanan atau kemaritiman, dan pariwisata, serta menumbuhkan sektor berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Sektor dimana mayoritas masyarakat Indonesia bekerja.

“Uang akan berputar di lingkaran terbesar. Itu yang dimaksud pondasi ekonomi. Kalau uang hanya berputar di segelintir orang, uang itu mudah lari kesana-kemari. Kalau uang itu lengket di tanah Indonesia, tidak gampang ke Singapura. Tolong bilang ke yang komentar itu. Memang kita tidak untuk merespon pasar yang tidak berkelanjutan,” ucap Andrinof.

Terakhir, Andrinof mengajak pemerintah ke depan agar tak lagi didikte segelintir orang yang hanya memanfaatkan moment-moment tertentu. Pemerintah berkomitmen membangun ekonomi yang berkualitas. “Ini yang perlu dipahami oleh komentator yang tidak menyambut pemerintahan kita,” tandas Andrinof.

Sebagaimana diketahui awal pekan ini banyak pemberitaan mengenai respon pasar yang tidak terlalu cerah menyambut susunan Kabinet Kerja. Sejumlah pengamat ekonomi dan pengamat pasar yang berhasil Kompas.com hubungi juga memberikan analisis serupa.

Sejumlah menteri dalam Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dinilai bukan orang yang tepat untuk pos kementeriannya. Sebagian di antara mereka adalah jajaran menteri terkait perekonomian. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati, Minggu (26/10/2014), menyebut beberapa nama seperti Rachmat Gobel, Salih Husein, M Nasir, Andrinof Chaniago, Ignatius Jonan, serta Siti Nurbaja bukanlah "Right man on the right place". (baca: Menteri-menteri Ini Salah Tempat?)

Sementara itu Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Asset Management, kepada Kompas.com, Minggu malam, menyebut keberadaan Puan Maharani serta Hanif Dhakiri mengindikasikan pameo ‘tidak ada makan siang gratis’.(Baca: Pasar Tangkap Kesan "No Free Lunch" di Kabinet Kerja).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Whats New
IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Whats New
Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Earn Smart
Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Earn Smart
Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Whats New
United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com