Menurut Agus, secara garis besar pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan di antara negara-negara anggota OKI untuk menjaga stabilitas perekonomian negaranya masing-masing melalui penerapan kebijakan makroprudensial dan pendalaman pasar uang, terutama inklusi keuangan.
"Kami sepakat, makroprudensial harus terus diperkaya dan pembangunan kapasitasnya harus dilakukan dengan baik," tutur Agus.
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengimbuhkan bahwa Indonesia merupakan salah satu contoh sukses pengembangan inklusi keuangan. Terutama, inklusi keuangan yang diterapkan dalam program sosial pemerintah.
Namun demikian, masih ada sisi lain peningkatan keuangan inklusif yang masih perlu dipelajari oleh Indonesia. Peningkatan tersebut antara lain upaya pengelolaan zakat dan waqaf. Indonesia perlu mempelajari best practice dari negara-negara anggota OKI yang sudah berhasil menjalankannya.
"Dalam praktiknya, berbagai negara ini sumber dana tunai dalam bentuk fisik dalam bentuk wakaf. Negara Timur Tengah sudah banyak menggunaan aktiva tetap bisa digunakan dalam bentuk sukuk atau bentuk lain untuk pembiayaan ekonomi," tukasnya.
Adapun, negara-negara anggota OKI yang hadir di Surabaya, antara lain Aljazair, Bangladesh, Brunei, Kamerun, Mesir, Iran, Irak, Yordania, Kazakhstan, Libya, Malaysia, Maladewa, Mauritania, Maroko, Mozambik, Oman, Pakistan, Palestina, Qatar, Saudi Arabia, Sierra Leone, Somalia, Sudan, Suriname, Turki, Uni Emirat Arab, Uzbekistan, Yaman, persatuan bank sentral Afrika Barat, serta Thailand sebagai observer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.