Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Semester Tujuh Ini Ajak Ibu-ibu Sulap Sampah Jadi Berkah

Kompas.com - 09/11/2014, 08:08 WIB
Tabita Diela

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Seorang pemuda jalan tergopoh-gopoh memasuki ruang seminar di sebuah gedung di daerah Gondangdia, Jakarta, Sabtu (8/11/2014) siang.

Sekilas, pemuda bernama Edy Fajar Prasetyo tersebut tampak selayaknya anak muda usia kuliah lainnya. Hanya saja, kali ini dia tampil cukup rapi dengan mengenakan kemeja batik. Rupanya, Edy bergegas mengikuti pelatihan One InTwenty Movement di Jakarta.

Setelah beberapa saat berbincang dengannya, lantas baru terungkap bahwa Edy menyimpan keistimewaan tersendiri. Edy, mahasiswa agribisnis semester tujuh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut, berhasil mengenalkan konsep ramah lingkungan pada masyarakat.

Edy telah mengajak ibu-ibu rumah tangga di sekitar Stasiun Sudimara berkreasi dengan limbah plastik. Edy mengenalkan konsep ramah lingkungan melalui produk E-bi Bag yang dirintisnya. E-bi, kependekan dari Eco-Business Indonesia, merupakan perusahaan penghasil barang-barang seperti tas, pin, dan gantungan kunci dari limbah plastik.

Alih-alih membiarkan ibu-ibu menambah tumpukan sampah, dia justru menyadarkan para ibu mengenai pentingnya mengolah sampah. "Alasan memulai bisnis ini berawal dari permasalahan. Di samping kampus banyak sampah, pedagang yang berderet di sekitar kampus menghasilkan berpuluh-puluh kilo sampah plastik. Kebetulan juga, saat itu kita ikut momentum kegiatan yang dibuat Bank Indonesia, bisnis berbasis lingkungan hidup," ujarnya.

Edy memulai bisnis tas dan aksesori dari limbah plastik pada 2013 lalu. Usaha ini dimulainya dengan modal sebesar kurang dari Rp 500.000. Ketika memulai, Edy mengaku tidak sendirian. Dia memulai usahanya tersebut bersama rekan sekampusnya, yaitu Andis, Alfi, Nadia, dann Imas, serta seorang ibu bernama Elly.

KOMPAS.com/TABITA NUGROHO Produk dari limbah plastik

Ibu-ibu yang diajak kerja sama oleh E-bi Bag akan mendapatkan upah untuk setiap produk yang dihasilkannya. Proporsinya, tutur Edy, 30 persen dari harga produk untuk sang ibu dan 70 persen untuk E-bi Bag. Bagian untuk E-bi Bag digunakan untuk mengembangkan usaha.

Setiap tas dibanderol dengan harga Rp 50.000 sampai Rp 300.000. Edy mengungkapkan, rata-raya seorang ibu bisa menghasilkan tiga tas kecil per hari. Untuk tas besar, umumnya seorang ibu bisa menyelesaikannya dalam seminggu.

Meski sudah menghasilkan keuntungan, tetapi Edy mengakui bahwa usahanya belum maksimal. Omzetnya per bulan hingga saat ini masih fluktuatif sekitar Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Itu pun tidak hanya datang dari produk buatan ibu-ibu rumah tangga yang diajaknya bekerja sama. Sebanyak 60 persen pemasukannya per bulan justru datang dari kegiatan pelatihan yang diadakannya.

"Pemasukan kita tidak hanya dari produk, ada pelatihan edukasi hijau, wawasan lingkungan, dan praktik prakarya limbah," tutur Edy.

Merasa belum maksimal, Edy pun memutuskan untuk ambil bagian dalam pelatihan One InTwenty Movement yang diadakan di Jakarta. Salah satu "bekal" yang dibawanya dalam pelatihan adalah berbagai kendala usahanya.

Dia berharap kendala tersebut bisa diselesaikan. Di sisi lain, meski masih termasuk usaha kecil dengan modal minim dan keuntungan yang belum fantastis, tetapi visi Edy sudah jauh ke depan.

Edy yakin bahwa dia siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015 mendatang. "Kalau tidak siap, kita akan digempur pasar dari luar. Tapi itu juga tantangan. Bentuk kesiapannya, kita ingin coba edukasi ke sekolah internasional. Bagi sekolah-sekolah internasional, ini unik," kata Edy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com