Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Bappenas: Jangan Lagi Gunakan Langkah Normal untuk Kejar Ketertinggalan

Kompas.com - 18/11/2014, 13:56 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago mengatakan, Indonesia harus memacu ketertinggalan dari negara lain dengan melakukan langkah besar, tidak lagi dengan langkah-langkah normal.

"Kita akan terus tertinggal dari negara lain yang terlibat dalam persaingan semakin ketat, karena sebagian dari negara-negara tersebut pada 20 tahun lalu setara dengan Indonesia, tetapi saat ini posisinya sudah jauh di atas kita," kata Adrinof dalam Rakernas LKPP 2014 di Jakarta, Selasa (18/11/2014), seperti dikutip Antara.

Ia mengatakan, ada beberapa sebab mengapa langkah Indonesia lambat atau bahkan stagnan. Salah satunya, yaitu pembangunan infrastruktur yang relatif kecil, kemunduran penegakan hukum, sumber daya manusia dan segi pelayanan atau birokrasi.

"Inilah persoalan-persoalan terkait daya saing, di mana peranan sistem pelayanan memberikan sumbangan signifikan," katanya.

Menurut Andrinof, masyarakat membutuhkan pelayanan yang cepat, nyaman dan mudah, karena pelayanan dapat menjadi alat untuk menyejahterakan masyarakat secara langsung.

"Kalau pelayanan tidak efisien dan berbiaya mahal, akan menyita ongkos masyarakat secara langsung dan mengurangi peluang kesejahteraan masyarakat Indonesia," katanya.

Selain itu, lanjutnya, pelayanan kepada pelaku ekonomi dan usaha juga perlu ditingkatkan dengan memberikan iklim ekonomi yang baik, efisien dan transparan agar perekonomian yang baik dan sehat dapat diwujudkan.

"Kita harus menghidari monopoli, oligopoli atau kartel yang membuat ekonomi tidak sehat dan membuat penawaran produk barang dan jasa menjadi berkurang kualitasnya," katanya.

Jika hal ini diterapkan, kata Andrinof, maka ekonomi akan sehat, iklim usaha menjadi kompetitif, pajak dapat ditingkatkan dan lapangan pekerjaan dapat bertambah.

Kemudian, lanjutnya, diperlukan juga peningkatan sumber daya manusia melalui peningkatan pendidikan dan keterampilan, produksi dan inovasi.

"Anggaran riset juga perlu ditingkatkan, di mana saat ini masih di angka 0,8 persen terhadap PDB, dan, lembaganya perlu ditingkatkan juga," kata Andrinof.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com