Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenangan Menteri Susi Menghadapi Tsunami

Kompas.com - 24/11/2014, 10:50 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menceritakan pengalaman saat tsunami tahun 2004 yang melanda Meulaboh di Aceh dan pesisir Hindia lainnya. Dia mengaku mendapat banyak pelajaran berharga dengan terlibat langsung dalam penanganan bencana itu.

Saat itu, Susi sebagai CEO Susi Air berkontribusi langsung terhadap korban tsunami. Padahal, waktu itu, dia baru memiliki dua pesawat yang dioperasikan rutin untuk mengangkut lobster. Hal itu dia sampaikan dalam International Seminar on the 10 Years Commemoration of the 2004 Indian Ocean Tsunami, Senin (24/11/2014).

"Tsunami 2004, membawa pesawat kecil saya ke Aceh. Ini adalah pengalaman personal saya di kemanusiaan, cinta, semangat, kepedulian kepada sesama. Saya waktu itu baru punya dua pesawat kecil untuk angkut lobster. Akan tetapi, melalui tsunami, saya mendapat banyak relasi dan cinta untuk memberi dan berbagi," kata Susi.

Susi juga bilang, jika tidak ikut serta dalam penanganan tsunami 2004, dia mungkin tidak siap ketika menghadapi kejadian serupa di kampungnya sendiri, Pangandaran, ketika dilanda tsunami pada 2006 lalu. "Apa yang harus disiapkan, apa yang harus dilakukan. Saya belajar dari tsunami Aceh untuk melakukan hal lebih baik dua tahun kemudian," kata dia.

Susi ingat, saat itu, 2006, sangat sedikit bantuan datang. Pasalnya, tsunami Pangandaran tidak dinyatakan sebagai bencana nasional. "Ada ratusan korban. Banyak yang perlu diamputasi, tetapi rumah sakit terbatas. Mereka tidak bisa dibawa, kami sedih sekali. Sangat banyak keterbatasan karena tidak masuk sebagai bencana nasional," ujar Susi.

Dia pun berharap, peringatan 10 tahun tsunami ini dapat dijadikan kajian secara multidimensi terhadap bencana tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Tata Ruang Laut, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Subandono Diposaptono mengatakan, seminar ini diadakan untuk mengingat kejadian tsunami serta melihat perubahan yang terjadi hingga sekarang.

"Me-review upaya penanggulangan bencana," imbuh Subandono.

Diharapkan, hasil seminar ini dapat digunakan untuk memperbaiki persiapan bencana seperti tsunami. Selain itu, hasil seminar juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi semua pihak dalam mitigasi bencana guna mereduksi dampak lingkungan serta sosial dari bencana tsunami.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif menuturkan, mengurangi dampak bencana adalah rencana yang dikembangkan pemerintah. Dalam penanggulangan bencana, Pemerintah Indonesia selalu berusaha melihat kearifan dan pengetahuan lokal dalam manajemen bencana.

"Perubahan iklim mau tak mau memaksa masyarakat penduduk RI untuk hidup berdampingan dengan bencana," kata Syamsul.

Seminar ini dihelat selama dua hari, serta diikuti oleh 250 partisipan dari pemerintah pusat, pemerintah lokal, donor, organisasi internasional, dan media massa.

Baca juga: Menteri Susi: "Manusia Perahu" Bukan Nelayan Kecil

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com