Pengusaha menilai, langkah BI menaikkan suku bunga sangat tergesa-gesa. Malah, menurut Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indoensia (APPBI) Handaka Santosa, pengusaha luar memandang bank sentralnya Indonesia agak kelebihan dosis.
"Saya baru dari luar negeri, ketemu pengusaha sana, eh dia bilang, katanya bisnis Indonesia kuat ya, BI overdosis. Itu definisi mereka," ucap Handaka, Rabu (26/11/2014).
Handaka menyayangkan, bank sentral Indonesia yang tidak hati-hati mengambil langkah dan malah bisa menekan daya beli masyarakat dan berpotensi menurunkan volume ekonomi. Padahal, pemerintah China saja kini tengah mengkaji untuk menurunkan suku bunganya.
"China lagi memikirkan menurunkan tingkat bunga. Karena apa? Jangan sampai deflasi. Kalau inflasi enggak apa-apa. Lah ini kan aneh, masa China lebih goblok dari kita?" lanjut CEO Sogo itu.
Menurut Handaka, bisa saja BI rate naik, namun bunga kredit untuk UMKM tidak dinaikkan oleh perbankan. Sayangnya, kata dia, kenyataan di lapangan tidak demikian. Dia berharap, perbankan bisa menekan spread keuntungan untuk UMKM.
Handaka tidak menyebut eksplisit langkah BI kontradiktif dengan keinginan pemerintah mendorong UMKM. Yang jelas, menurut dia, banyak hal yang perlu diperhatikan BI.
"Saya baru meninjau perkampungan Bajau, di Wakatobi. Dia (nelayan) mau beli jaring enggak punya (uang). Padahal berapa harganya? Rp 300.000. Saya kasih input ke teman-teman bank, kalian masuk ke sana. Saya bilang kan bapak ada fasilitas kredit mikro," tandas Handaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.