Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indef: Belanja Birokrasi Masih Boros

Kompas.com - 27/11/2014, 10:54 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Institute for Development Economy and Finance (Indef) memotret selama sepuluh tahun, postur belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami perubahan signifikan.

Ekonom senior Indef, Ahmad Erani Yustika menyampaikan, perubahan tersebut utamanya pada belanja birokrasi, subsidi energi, serta belanja modal.

Dalam seminar akhir tahun 'Evaluasi dan Proyeksi Ekonomi Indonesia 2015', Erani menekankan makin borosnya belanja birokrasi. Pada 2004, belanja birokrasi memakan 16,23 anggaran total APBN.

"Pada 2013 belanja birokrasi mencapai 22,17 persen. Naik 7 persen," kata Erani, Kamis (27/11/2014).

Erani mengatakan, belanja modal yang diharapkan lebih progresif justru hanya naik tipis dalam 10 tahun terakhir. Pada 2004 belanja modal sebesar 6,4 persen dari total APBN, dan pada 2013 lalu hanya mencapai 8,06 persen. Subsidi energi pada 2004 sebesa 16,2 persen dari total APBN, dan menjadi 20,89 persen pada 2013.

Erani agak sedikit optimistis ada perbaikan belanja subsidi energi, dengan keputusan Jokowi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun, yang masih menjadi pertanyaan ke depan, lanjut Erani, beranikah pemerintahan membenahi postur APBN yang semakin tidak proporsional, utamanya belanja birokrasi yang boros. Diprediksikan pada 2015 nanti, belanja birokrasi bisa mencapai Rp 140 triliun.

"Belanja birokrasi naik besar. Tidak boleh dong. Oleh karenanya, kita tunggu reformasi fiskal, berani tidak pemerintah membenahi APBN lewat belanja birokrasi?" kata Erani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com