"Maka dari itu, keberhasilannya itu tergantung Pak Jokowi sendiri, kuat enggak berhadapan dengan mafia itu sendiri karena, selama ini, yang namanya mafia itu disebut-sebut adanya di Istana, atau yang punya pangkat dan kekuatan," kata dia ditemui di sela-sela seminar akhir tahun Indef, Kamis (27/11/2014).
Sayangnya, ketika ditanya mengenai figur yang dekat dengan lingkungan Istana, Marwan tidak memberikan gambaran pasti. "Saya kira jawabannya kita sama-sama tahu. Ada orang yang punya link, jaringan dengan lingkar kekuasaan, partai, penguasa, pengusaha," lanjut dia.
Meski begitu, dia yakin bahwa Faisal Basri dan tim bisa bekerja secara obyektif. "Cuma, bagaimana hasil kajian mereka (Tim Reformasi Tata Kelola Migas) itu dijalankan secara konsisten, itu yang lebih penting," imbuh Marwan.
Sementara itu, mengenai kerugian negara yang diakibatkan oleh mafia migas, Marwan hanya bisa memperkirakan Rp 30 triliun hingga Rp 40 triliun per tahun. Kerugian itu tidak hanya dari mark up, tetapi juga dari kebocoran-kebocoran subsidi BBM, pengalihan ke industri pertambangan, serta kapal-kapal besar yang notabene tak layak mendapat subsidi.
Baca juga: Faisal Basri: "LAPOR!" Siap Tampung Informasi Penyelewengan Migas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.