Beberapa kenalan saya malah dengan serius memasang wajah bingung ala sinetron dan bertanya-tanya, seakan- akan ini adalah keajaiban dunia kesebelas, “Uapaaaa? Banjir laaaaagiiii?” Jreng jreng jreeng.
Sementara, saya cuma bisa tertawa hambar tanpa gula. Banjir di Jakarta itu kejadian rutin setiap tahun, sampai nggak perlu ramalan Ki Joko Pinter buat nebak hal itu. Tapi selama setahun lalu di musim panas, semua seakan ‘lupa’. Belum banyak langkah nyata diambil buat menanggulangi dan mencegah banjir di musim hujan.
Jadi kenapa mesti bingung kalau sekarang banjir lagi? Kalau tidak ada langkah nyata bersama begini, justru saya malah bingung kalau musim hujan kali ini tidak banjir.
Ini mengingatkan saya pada seorang teman saya yang, katakan saja namanya Imran. Imran adalah teman lama saya sebelum saya jadi penulis dulu. Kita berdua sama- sama punya passion untuk berkarya dan berbagi. Sama-sama punya keinginan untuk menggeluti profesi penulis.
Waktu itu Imran baru mulai bekerja di sebuah perusahaan lokal di Bandung, sementara saya berbisnis kecil-kecilan.
Beberapa tahun kemudian, saya menerbitkan buku pertama saya, “Start Young”. Sementara Imran yang belum memulai langkahnya justru asyik membahas bagaimana buku pertama saya ‘dijamin’ bakal gagal. “Target lu salah bro. Masak buat anak muda? Anak muda mana ada yang betah baca buku?” katanya. “Dan gaya penulisan lu masih boring, no offense ya," lanjutnya lagi.
Dan mungkin dia ada benarnya, karena buku pertama saya terbukti belum menghasilkan penjualan yang signifikan. Karena itu, saya mencoba melanjutkan dengan buku kedua saya, “Passion!” yang kali ini, ternyata berhasil terjual cukup baik dan mendapat kategori Best Seller di beberapa kota.
Imran? Ternyata dia masih belum memulai langkahnya. “Nunggu semuanya perfect," kata dia.
Tahun berikutnya, saya melanjutkan lagi usaha saya dengan buku ketiga, “Lakukan Dengan Hati”, yang sejauh ini merupakan buku terbaik saya, dan meraih National Best Seller hanya dalam beberapa minggu. Sementara Imran? Dia masih asyik ngopi, menunggu “semuanya perfect”.
Sekarang, saya telah menerbitkan buku keempat saya, “Ini Cara Gue”, dan Imran masih juga belum bergerak dari tempatnya untuk mulai berkarya.
“Uaapaaaa? Kok lu udah jadi penulis gue beluuuum?” kata Imran. Jreng jreng jreeng.
Persis kayak orang yang mempertanyakan banjir tadi.
Ya kalau nggak ada langkah nyata, kenapa mesti binguuung? Ketika Anda berusaha mengembangkan profesi baru sesuai dengan passion, Anda tidak perlu mulai dalam keadaan sudah jago, sudah ngetop, atau sudah paham kiri kanan atas bawah dari bidang itu.
Anda hanya perlu mulai melangkah! Benar- benar melangkah, dan perbaiki sisanya sambil jalan. Berani mulai, walaupun mungkin belum ‘perfect’. Tanpa harus menunggu ‘perfect’.