Harga CPO Jatuh, Penerimaan Bea dan Cukai "Kering"

Agung mengatakan, tidak tercapainya target kepabeanan dan cukai pada tahun ini disebabkan Bea Keluar yang diperkirakan anjlok. Bea Keluar pada tahun ini diperkirakan hanya mampu terealisasi 57 persen dari target APBN Perubahan 2014.

“Tahun lalu, semua (Bea dan Cukai) di atas 100 persen. Baru tahun ini kita mengalami kekeringan,” kata Agung.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, sebelumnya telah melaporkan, hingga 31 Oktober 2014 realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar Rp 131,3 triliun, atau 75,59 persen dari target tahunan APBN-P sebesar Rp 173,7 triliun.

Agung menjelaskan, perkiraan realisasi yang hanya mencapai 92 persen pada tahun ini disebabkan harga komoditas crude palm oil (CPO) yang masih di bawah 750 dollar AS per Metrik Ton (MT), sehingga BK yang dikenakan tetap dipertahankan sebesar 0 persen.

Sekadar informasi, BK dari CPO untuk bulan Desember juga dipastikan nol rupiah, sebab Harga Patokan Ekspor komoditas ekspor andalan RI ini makin turun menjadi 662 dollar AS per MT untuk pengiriman bulan Desember.

Selain disebabkan karena BK CPO, Agung menambahkan BK ekspor mineral tambang juga belum optimal, kendali pemerintah telah memberikan dispensasi ekspor terhadap dua raksasa tambang PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara, serta perusahaan tambang lain.

“BK mineral sejak pelarangan ekspor itu kita perkirakan turun dari Rp 5,5 triliun menjadi Rp 1,5 triliun. Dispensasi ekspor terhadap Freeport dan Newmont kita hitung, kedua perusahaan itu BK-nya hanya Rp 1,2 triliun sampai akhir tahun,” kata Agung.

Sementara itu Agung memperkirakan penerimaan Bea Masuk sepanjang tahun ini bakal terealisasi 98 persen dari target APBN Perubahan 2014, sedangkan penerimaan Cukai diperkirakan terealisasi 100 persen.