Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan Tarif ATM Ikut Dongkrak Inflasi

Kompas.com - 02/12/2014, 15:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Keputusan bank menaikkan tarif transfer uang dan tarif transaksi di anjungan tunai mandiri (ATM) mulai 1 November 2014 berefek ganda. Selain menambah beban nasabah, tarif baru ATM juga berandil besar mengerek inflasi.

Menurut Suryamin, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), tarif transfer uang via ATM yang naik 30 persen dan biaya administrasi kartu ATM yang naik 27,77 persen menyumbang 0,07 poin terhadap inflasi November 2014. Penopang inflasi terbesar adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang menyokong 0,47 poin terhadap inflasi bulan lalu.

Sebagai gambaran, Senin (1/12/2014), BPS mengumumkan, inflasi November 2014 tercatat sebesar 1,50 persen atau di atas inflasi November 2013 yang sebesar 0,12 persen. Setahun terakhir hingga akhir November 2014, inflasi mencapai 6,23 persen. Sementara itu, sepanjang 11 bulan pertama tahun 2014, inflasi tercatat sebesar 5,75 persen.

Awal bulan lalu, bank memang menaikkan tarif transaksi via ATM. Sebagai contoh, biaya transfer melonjak 50 persen menjadi Rp 7.500 dari Rp 5.000. Biaya cek saldo melejit hingga 100 persen, dari Rp 2.000–Rp 3.000 menjadi Rp 4.000–Rp 4.500.

Bank Indonesia (BI) menyatakan, kenaikan tarif transaksi ATM dan biaya administrasi transfer uang hanya sekali ini saja membebani inflasi, kecuali jika bank kembali mengerek tarif transaksi.

BI optimistis, inflasi dari sektor jasa keuangan tetap terkendali. Lagi pula, bobot pengeluaran masyarakat untuk biaya ATM relatif kecil jika dibandingkan pengeluaran sehari-hari untuk membeli bahan makanan.

"Kenaikannya relatif kecil, dan bobotnya dalam komponen konsumsi juga kecil," tutur Tirta Segara, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), kepada Kontan.

Rico Usthavia Frans, Senior Executive Vice President Transactional Banking Bank Mandiri, menambahkan, volume transaksi lewat ATM cukup stabil pasca-kenaikan tarif, yakni di level 17 persen. Ke depan, kenaikan biaya ini tak berpengaruh terhadap volume transaksi ATM. "Kami harapkan bisa tumbuh sekitar 20 persen pada tahun depan," ucap Rico.

Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia Budi Satria pun menilai, tak ada perubahan volume transaksi pasca-kenaikan tarif ATM. "ATM sudah menjadi kebutuhan masyarakat," kata Budi.

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia, mengatakan, transaksi via ATM tentu lebih efisien dibanding harus datang ke kantor cabang dan keluar ongkos transportasi. (Adhitya Himawan, Dea Chadiza Syafina, Margareta Engge Kharismawati, Nina Dwiantika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com