Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sarjana Teknik Ini Sukses di Bisnis Agrowisata

Kompas.com - 05/12/2014, 10:36 WIB

KOMPAS.com -
Terjun ke bisnis agrowisata tak pernah terlintas di benak Irfandie Adi Pradana. Sebagai sarjana teknik metalurgi lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), pria 23 tahun ini tentu mengidamkan berkarier di bisnis pertambangan.

Namun, semuanya berubah  saat ia diminta oleh bapaknya yang sudah tua untuk meneruskan usaha kebun stroberi yang selama ini dia kelola. Sebagai putra sulung, pria yang akrab disapa Fandie ini tak kuasa menolak permintaan orang tuanya.

Sebelum Fandie terjun mengelola usaha keluarga ini, bapaknya pernah menyerahkan ke orang lain. Namun, hasilnya tidak memuaskan. "Akhirnya mau gimana lagi, saya turun tangan," katanya.

Terletak di daerah wisata Lembang, Bandung Barat, kebun stroberinya ini dinamakan Natural Lembang. Dinamakan Natural Lembang karena kebun ini menerapkan pola pertanian organik. Jadi bebas pestisida dan bahan kimia lainnya.

Letaknya yang tak jauh dari kawasan wisata Gunung Tangkuban Perahu, membuat kebun ini cukup strategis. Fandie sadar betul akan nilai lebih kebunnya yang terletak di kawasan strategis ini. Dengan sentuhan tangan dinginnya, ia pun segera membenahi untuk menarik minat pengunjung.

Di antara terobosannya adalah menggenjot produksi kebun hingga menghasilkan 50 kilogram (kg) stroberi per hari, melakukan rebranding dan promosi lewat internet dan sosial media, mendesain kontur kebun stroberi menjadi lebih menarik, hingga mengadakan program edukasi bagi anak-anak untuk menanam dan memetik stroberi di kebun.

Di kebun seluas 3 hektare (ha) ini juga disediakan restoran sunda yang menyediakan menu masakan dengan menggunakan stroberi sebagai bahan campuran. Antara lain, ada menu nasi goreng stroberi, nasi penyet stroberi, nasi liwet stroberi, dan berbagai minuman olahan stroberi.

Lewat sejumlah terobosan itu, kini Natural Lembang menjadi sangat populer. Setiap hari, ada saja rombongan anak sekolah datang belajar menanam stroberi, memetik stroberi, sekaligus berwisata.

Menurut Fandie, dalam sehari, jumlah pengunjung berkisar antara 50 orang sampai 100 orang di hari biasa. Sementara saat akhir pekan bisa 200 orang. Bahkan, jika sedang musim liburan atau high season bisa 100 orang per hari.

Pengunjungnya bukan hanya dari Jawa Barat saja. Tapi juga dari berbagai kota di Indonesia. Bahkan, turis mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Korea, dan negara-negara Timur Tengah sudah mampir ke kebun stroberi milik Fandie. Dengan dibantu 50 karyawan, kini bisnis agrowisata stroberi miliknya bisa menghasilkan omzet ratusan juta dalam sebulan.

Terinspirasi keluarga
Meski memiliki latar belakang pendidikan yang jauh dari bisnis yang dia kelola saat ini, namun Fandie bisa mengatasi hal tersebut. Sebab, sejak kecil, dia sudah terbiasa melihat orangtuanya berbisnis.

Sebelum mendirikan kebun stroberi dan restoran khusus stroberi, orangtuanya menggeluti berbagai bisnis mulai dari usaha toko material, tempat cuci motor dan mobil, bengkel, warteg, hingga memproduksi batako. "Mereka jatuh bangun menjalankan bisnis-bisnis tersebut," katanya.  

Karena itulah, Fandie sudah biasa untuk ikut terjun dalam proses bisnis. Sampai akhirnya di tahun 2009, orangtua Fandie mendirikan restoran Sunda yang berlokasi di Ciburial, Lembang. Kebetulan restoran Sunda itu berdiri di lahan sendiri dan di sampingnya terdapat lahan kosong yang hanya ditanami pepohonan.

Lahan kosong itu juga milik orangtuanya lantas dibuatkan kebun stroberi. Bibit stroberi didatangkan dari Garut, Jawa Barat.  "Dulu kebun stroberi dan restoran luasnya hanya 1 ha," kata dia.

Kala itu, Fandie masih kuliah di ITB dan kebun stroberinya masih sangat sederhana bahkan dari jauh masih nampak seperti hutan. Restorannya pun masih menyajikan menu-menu masakan Sunda dan belum ada menu olahan stroberi. Mendapat inspirasi dari salah satu petani kebun stroberi yang sukses, Fandie mengajak ayahnya untuk mulai membenahi sedikit-sedikit kontur tanah agar menjadi tempat wisata.

Hal itu bukan hal yang sulit bagi Fandie, sebab sedari kecil dia dan keluarga suka bercocok tanam. Ia bercerita sayur-sayuran yang ia makan kebanyakan hasil tanam sendiri. Akhirnya, kebun stroberi banyak dilirik pengunjung meski masih belum besar. Di tahun 2011, Fandie mengusulkan agar lahan kebun diperluas agar semakin banyak pengunjung dan stroberi yang dihasilkan makin banyak.

Dia juga mewajibkan stroberi yang ditanam harus ditanam dengan teknik organik. "Jadi bapak saya beli lahan warga, dan totalnya kini semua ada 3 ha. Mulai dari situ saya semakin gencar ingin mengembangkan bisnis, membuat kontur berundak-undak agar lebih menarik," kata dia.

Saat masih kuliah, dia bertugas membantu untuk urusan promosi salah satunya membuat situs resmi dan berpromosi di media sosial. "Saat itu saya memang belum fokus membantu penuh waktu karena ada tugas kuliah," kata dia.  

Fandie juga tidak dipersiapkan menjadi penerus bisnis ini. Sempat selama setahun ayahnya memperkerjakan orang untuk menjadi manajer restoran dan kebun stroberinya. Namun, penjualan tidak maksimal dan akhirnya ayahnya kembali mengurus semuanya.

Akhirnya, ketika di tingkat akhir kuliahnya Fandie sadar bahwa jalannya adalah menjadi seorang pengusaha. "Jika ingin kaya harus jadi pengusaha, " kata dia.  (Rani Nossar)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Marak Bus Bodong, Pengusaha Otobus Imbau Masyarakat Waspada Pilih Angkutan untuk Mudik Lebaran

Marak Bus Bodong, Pengusaha Otobus Imbau Masyarakat Waspada Pilih Angkutan untuk Mudik Lebaran

Whats New
Bukan Hanya 7, Lokasi Pembersihan Hasil Sedimentasi di Laut Berpontesi Ditambah

Bukan Hanya 7, Lokasi Pembersihan Hasil Sedimentasi di Laut Berpontesi Ditambah

Whats New
Stereotipe Penilaian Kredit Perbankan

Stereotipe Penilaian Kredit Perbankan

Whats New
Investasi Mangkrak Senilai Rp 149 Triliun Tidak Bisa Dieksekusi

Investasi Mangkrak Senilai Rp 149 Triliun Tidak Bisa Dieksekusi

Whats New
BKN: Hingga Maret 2024, 55 orang ASN Dimutasi ke Otorita IKN

BKN: Hingga Maret 2024, 55 orang ASN Dimutasi ke Otorita IKN

Whats New
Menteri KP Sebut Hasil Penambangan Pasir Laut Bukan untuk Diekspor

Menteri KP Sebut Hasil Penambangan Pasir Laut Bukan untuk Diekspor

Whats New
Soal Penundaan Pembatasan Barang Bawaan dari Luar Negeri, Bea Cukai: Harus Diatur Kembali oleh Mendag

Soal Penundaan Pembatasan Barang Bawaan dari Luar Negeri, Bea Cukai: Harus Diatur Kembali oleh Mendag

Whats New
Apindo Imbau Pengusaha Bayar THR 2024 Tepat Waktu

Apindo Imbau Pengusaha Bayar THR 2024 Tepat Waktu

Whats New
Harga Bahan Pokok Selasa 19 Maret 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Selasa 19 Maret 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Whats New
Pengusaha Telat Bayar THR, Siap-siap Kena Denda

Pengusaha Telat Bayar THR, Siap-siap Kena Denda

Whats New
Satgas UU Cipta Kerja Gelar Workshop Besama Ikatan Pengusaha Wanita di Hari Perempuan Internasional

Satgas UU Cipta Kerja Gelar Workshop Besama Ikatan Pengusaha Wanita di Hari Perempuan Internasional

Whats New
Sri Mulyani Laporkan Dugaan Fraud Rp 2,5 Triliun, LPEI Buka Suara

Sri Mulyani Laporkan Dugaan Fraud Rp 2,5 Triliun, LPEI Buka Suara

Whats New
Sepanjang Ramadhan, Stok Batu Bara untuk Pembangkit Listrik Dipastikan Aman

Sepanjang Ramadhan, Stok Batu Bara untuk Pembangkit Listrik Dipastikan Aman

Whats New
Ramai Aturan Baru soal Pembatasan Barang Bawaan Penumpang: Gampang Kok

Ramai Aturan Baru soal Pembatasan Barang Bawaan Penumpang: Gampang Kok

Whats New
Tingkatkan Kualitas Pelayanan, PLN UID Jakarta Raya Gelar Pelatihan Bersama Kompas.com

Tingkatkan Kualitas Pelayanan, PLN UID Jakarta Raya Gelar Pelatihan Bersama Kompas.com

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com