Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Mandiri: Dividen yang Tak Disetor ke APBN Akan Lebih Produktif

Kompas.com - 15/12/2014, 09:16 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


BUKITTINGGI, KOMPAS.com - Bank Mandiri menyambut baik lontaran Pemerintah yang berencana mengurangi setoran dividen badan usaha milik negara untuk APBN. Langkah tersebut dinilai akan lebih produktif mendorong pembangunan.

"Kalau dividen tetap berada di perbankan, maka leverage bagi pembangunan bisa 10 kali lipat," kata Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin, pekan lalu di Jakarta, saat melepas rombongan peserta pelatihan wartawan ke Bukittinggi, Sumatera Barat.

Setiap tambahan modal Rp 1 triliun untuk BUMN perbankan, papar Budi, akan bisa disalurkan sebagai kredit produktif senilai Rp 10 triliun. Adapun bila dividen disetorkan ke APBN, kata dia, maka pemanfaatannya akan mengikuti pola alokasi APBN selama ini.

"Belanja APBN terbesar, selama ini adalah untuk gaji (pegawai negeri), subsidi, dan bayar bunga (utang)," ujar Budi. Dia juga berpendapat dividen yang ditahan itu akan jauh lebih optimal bila diberikan porsi lebih besar untuk BUMN perbankan.

Bila nominal dividen yang ditahan lebih banyak berada di BUMN non-bank, kata Budi, leverage yang bisa didapat tak akan lebih dari tiga kali lipat nilainya. "Kalau mereka mau ajukan kredit untuk modal kerja ke bank, dihitung nilai aset dan sebagainya, paling besar dapat kredit tiga kali lipat nilainya asetnya itu," katanya.

Modal bersaing

Di Bukittinggi, Managing Director and Chief Financial Officer Bank Mandiri, Pahala N Mansury, menambahkan, dengan acuan besaran rasio kecukupan modal pada saat ini di angka 8 persen, maka leverage yang didapat dari setiap nominal dana untuk modal bank bisa mencapai 10 sampai 12 kali lipat.

Karena itu, kata Pahala, Bank Mandiri berharap Pemerintah mengurangi porsi setoran dividen dari bank pelat merah ini. "Biasanya 30 persen (dari laba). Harapan kami bisa (turun menjadi) di kisaran 20 persen," ujar dia, Jumat (12/12/2014).

Penurunan nilai dividen yang harus disetor itu, imbuh Pahala, akan menjadi salah satu solusi bagi bank pelat merah menebalkan modalnya. Menyusul rencana pemberlakuan penuh kesepakatan Basel III, kata dia, permodalan merupakan salah satu isu krusial bagi perbankan pada saat ini. "Kalau dengan Basel II, CAR adalah 8 persen, dengan Basel III bisa sampai 17 persen."

Memasuki era perdagangan bebas ASEAN pun, lanjut Pahala, bila perbankan nasional ingin bisa bersaing dengan perbankan dari kawasan, maka masalah modal juga kembali mengemuka. Menurut dia, Bank Mandiri butuh modal setidaknya Rp 200 triliun untuk bisa bersaing itu.

"Kami senang kalau ada suntikan dana dari pemerintah, tapi nilai Rp 200 triliun itu di luar suntikan modal pemerintah," ujar dia. Adapun posisi modal Bank Mandiri pada saat ini berada di kisaran Rp 90 triliun.

Menurut Pahala, sampai saat ini belum ada keputusan soal setoran dividen ini, termasuk keinginan pengurangan setoran itu. "Belum ada pembicaraan lagi. Lebih baik ditanyakan ke Pemerintah soal itu," ucapnya.

baca juga: Pemerintah Akan Pangkas Setoran Dividen BUMN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com