Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Loyo, Ekonom Bilang Kita Tak Bisa Lawan Arah Dunia

Kompas.com - 16/12/2014, 01:48 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Ekonom Raden Pardede mengatakan, rupiah tak sendirian mengalami pelemahan nilai tukar. Menurut dia, pelemahan rupiah justru paling kecil dibandingkan negara lain, untuk perbandingan dengan nilai tukar per Desember 2013.

“Jadi Malaysia Ringgit masih melemah lebih jauh, Yen, lalu Singapura juga. Memang sekarang dollar AS menguat pada seluruh mata uang dunia. Jadi, kita harus lihatnya jangan rupiah saja, tapi seluruh mata uang dunia,” kata mantan Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) itu, ditemui di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (15/12/2014).

Menurut Raden, ada sejumlah hal yang membuat dollar AS mengalami apresiasi begitu kuat. Sejumlah indikator, ujar dia, mendukung penguatan itu, seperti data penciptaan lapangan kerja yang sangat kokoh.

Di sisi lain, lanjut Raden, inflasi Amerika juga rendah karena penurunan harga minyak dunia, sehingga biaya produksi di Amerika pun turun. “Jadi, dengan tidak ada dampak inflasi, sementara perekonomian mereka kuat, itu mengakibatkan dollar AS menguat,” ucap dia.

Atas dasar kondisi tersebut, Raden mengatakan tidak ada yang bisa dilakukan pemerintah. “Enggak ada. Kita enggak bisa melawan arah dunia,” kata Raden. Dia pun berpendapat, Bank Indonesia tidak perlu melakukan intervensi kecuali hanya untuk menjaga volatilitas tidak terlampau tinggi.

“Kalau seperti ini, seluruh mata uang dunia melemah terhadap dollar AS. Kita ini siapa? Ini harus melihat seperti itu. Yang paling penting dijaga supaya tidak panik, tidak ada volatilitas tinggi,” tegas Raden.

Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih, menuturkan bahwa pelemahan rupiah sepanjang tahun ini (year to date/ytd) memang tidak sebesar pelemahan mata uang lain. “Ringgit Malaysia turun 7 persen ytd, won turun 5 persen ytd, yen 16 persen ytd, rupiah hanya 3 persen ytd,” ujar Lana, Senin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com