Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkeu: Anjloknya Mata Uang Rusia Bisa Perparah Pelemahan Rupiah

Kompas.com - 16/12/2014, 12:54 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah mewaspadai pelemahan mata uang negara lain atas dollar AS, salah satunya rubel Rusia. Pasalnya, hal tersebut dikhawatirkan makin menyeret nilai tukar mata uang garuda ke titik yang lebih rendah.

“Tentunya kami melihat bagaimana pergerakan ke depan. Karena yang terjadi hari ini adalah Rusia mata uangnya kolaps. Rusia itu dianggap emerging economics, seperti kita. Pasti ada imbasnya ke kita,” kata Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro Selasa (16/12/2014).

Sepanjang tahun ini, rubel terus melemah dari level 20-an per dollar AS hingga mendekati 60 per dollar AS. Indeks Rusia pun terkoreksi lebih dari 10 persen. Bambang lebih lanjut menuturkan, Rusia pun langsung menaikkan policy rate-nya sangat tinggi. “Dan ini pasti akan mempengaruhi pergerakan uang di dunia,” imbuh dia.

Rusia menaikkan suku bunga dari 10,5 persen menjadi 17 persen untuk menjaga nilai mata uang Ruble. Berdasarkan referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pagi ini, kurs rupiah berada di level 12.900 per dollar AS. Sementara tengah Bank Indonesia (BI) mencatat kurs rupiah di level 12.599 per dollar AS.

Bambang menegaskan hanya BI yang bisa melakukan intervensi. Adapun pemerintah tidak bisa mendorong BI. Namun begitu, pemerintah akan terus melakukan koordinasi dengan BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar bisa mengatasi kondisi saat ini.

Menurut Bambang, kondisi saat ini hampir sama dengan kondisi pada pertengahan 2013 lalu, di mana ketika itu muncul isu tapering off oleh Federal Reserve. “Ini yang akan kita susun langkah-langkahnya dari pemerinth bersama otoritas moneter dan keuangan,” pungkas Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com