"Minggu lalu sudah Rp 8.000-an," kata Andi, ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (17/12/2014).
Meski demikian, Andi mengatakan, harga keekonomian Premium bisa jadi kembali naik, sebab nilai tukar rupiah juga tengah melemah. "Tapi lihat nilai tukar, nanti (bisa) naik lagi," kata dia.
Sebagaimana diketahui, harga minyak dunia tengah turun menjadi di bawah 60 dollar AS per barel, baik untuk minyak mentah Light Sweet West Texas Intermediate, maupun harga minyak Brent. Andy mengatakan, turunnya harga minyak dunia memang by design oleh produsen minyak dunia utamanya Arab Saudi yang sengaja membanjiri pasokan minyak agar shale gas produksi AS tak lagi kompetitif.
Sejauh ini, harga shale gas ekuivalen di kisaran 60 dollar AS per barel. "Dibikin enggak ekonomis produksi shale gas, sehingga dia mengerem produksi lagi. Nah, kalau sudah mengerem produksi, maka volume akan turun, sementara demand tetap. Akhirnya harga naik lagi," pungkas Andy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.