Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Pertanian Akui Keterlambatan Pupuk Hambat Target Swasembada Pangan

Kompas.com - 23/12/2014, 20:21 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengakui bahwa keterlambatan pupuk bisa menghambat program swasembada pangan. Pemerintah menargetkan swasembada padi, jagung, gula, dan kedelai paling cepat dalam satu tahun.

"Sangat, sangat (menghambat), itu saya hitung kemarin dengan para ahli, kumpulkan," kata Amran di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa (23/12/2014). '

Menurut perhitungan Amran, petani bisa kehilangan 1 ton hasil tanam per hektarnya jika distribusi pupuk terlambat dalam dua pekan saja. Padahal, biaya yang dikeluarkan untuk pupuk yang datang terlambat sama nilainya dengan biaya yang dikeluarkan apabila pupuk datang tepat waktu.

"Jika dikalikan lima juta hektar itu 5 juta ton, itu sudah swasembada," tambah Amran.

Ia menyampaikan, dari 14 provinsi yang dikunjunginya, lebih dari 50 kabupaten bermasalah distribusi pupuknya. Menurut dia, faktor utama keterlambatan distribusi pupuk adalah masalah transportasi dan ego sektoral kabupaten.

"Katakanlah contohnya kabupaten A itu 10 ton tapi butuhnya 7 ton, kan ada sisa 3 ton. Karena egoisme sektoral ini dia tidak mau dipindahkan ke kabupaten lain. Yang seperti itulah contohnya sehingga membuat lambat. Ini enggak boleh egoisme sektoral membangun ini republik, membangun egoisme sektoral," papar Amran.

Untuk mencegah keterlambatan distribusi pupuk, pemerintah menekankan perlunya melakukan penunjukkan langsung perusahaan pengadaan pupuk.

Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menyampaikan, pada tahun depan setiap kabupaten diminta menyerahkan master list kebutuhan pupuk masing-masing.

"Sehingga nanti kabupaten apa, tanggal berapa harus datang pupuk, master list ini disepakati oleh menteri pertanian dan PT Pupuk Indonesia, maka Pak Wapres katakan kirim satu kopi ke sini, nanti kita akan cek sekali-sekali," kata Sofyan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com