Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Tak Ada Nasi Goreng Enak di Hotel?

Kompas.com - 24/12/2014, 05:58 WIB

                                       Rhenald Kasali
                                 @Rhenald_Kasali

KOMPAS.com - Tentang hal ini saya punya lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Dan saya ingin para chef-lah yang menjawab. Mahasiswa studi perhotelan dan pemilik hotel juga boleh mereka-reka jawabannya.

Tapi poin-nya jelas. Sulit kita mendapatkan kuliner Nusantara yang benar-benar lezat di berbagai hotel. Jangankan rasanya, tampilannya saja seringkali membuat saya malu pada tamu saya. Kadang saya berpikir, kalau kita saja merasa janggal dengan tampilan dan rasanya, bagaimana pikiran wisatawan asing ya?

Sewaktu saya protes, sejumlah orang membantah hal itu terjadi di hotel miliknya. Tetapi begitu saya mencicipi hidangannya, ternyata sama saja. Kurang pas!

Untuk menyajikan kuliner Nusantara, mungkin mereka perlu mengubah haluan. Dari mencari chef yang berpengalaman memasak di kapal pesiar atau di restoran luar negeri kepada para chef lokal yang ada di berbagai warung di Nusantara ini.

Di sebuah hotel bintang lima di dekat Bundaran HI Jakarta pekan lalu, saya mengambil emping goreng yang baru dimasak. Bayangkan, goreng emping saja, mereka tidak tahu caranya. Masih keras sudah diangkat.

Soto Madura di Luar Lebih Enak

Saya baru saja menuliskan masukan di VIP Lounge Garuda Indonesia di Bandara Juanda. Entah mengapa, sejak menempati ruangan baru yang lebih luas, rasa makanan di ruang VIP ini tak karuan. Pecel sayuran yang disajikan layu. Gorengan tempe terlihat tidak fresh. Rasanya tidak senikmat tempe goreng yang biasa kita nikmati.

Saya lalu mengambil rempeyek  yang ada di dalam toples kaca. Selain plastiknya yang agak kumal, saya tak melihat kacangnya. Kata penjaganya, itu peyek kacang dan teri. Tapi begitu saya rasakan, ikan terinya juga tidak saya temukan.

Andaikan saya tak terburu-buru masuk ke dalam, saya pasti lebih memilih untuk menikmati soto Bangkalan yang ada di teras luar bandara. Rasanya jauh lebih nikmat dari makanan yang disajikan pengelola VIP Lounge. Padahal VIP Lounge adalah bisnis yang sangat menguntungkan dan menjadi incaran banyak orang. Tetapi mengapa tak ada satupun VIP Lounge yang menyajikan kuliner nusantara dengan penuh semangat?

Itu tak hanya tampak di Bandara Juanda, melainkan merata di hampir semua Bandara Nusantara, apakah itu di Cengkareng, Bali, Batam, ataupun di Makasar. Tak tampak keinginan pengelola menampilkan keunggulan kuliner kita dengan penuh suka cita.

Ini berbeda benar dengan kesungguhan bangsa Thailand. Hal serupa juga tak terlihat pada VIP lounge yang dikelola perusahaan-perusahaan telekomunikasi maupun perbankan.  Saya lebih memilih makan bakso di warung Oasis yang berbayar ketimbang menikmati kuliner di ruang VIP.

Roti-rotinya bukanlah roti yang berkualitas bagus, isinya tidak menarik. Rebusannya juga tak enak, tak memenuhi selera. Mie gorengnya terlalu berminyak. Pisang yang ada di dalam penganan tradisionalnya tidak manis. Keras dan belum masak.

WWW.REKOMENDASI.ME Sop buntut

Sop Buntut Hotel Borobudur

Bagaimana di hotel-hotel kita? Saya tak menutup mata bahwa dulu kita sangat memuji sop buntut yang disajikan di Bogor Café Hotel Borobudur. Tetapi selebihnya, saya kira Anda sepakat dengan saya. Kalau kita mau menikmati ikan bakar, lebih baik pergi ke warung ikan bakar bertenda di tepi jalan ketimbang makan di lobi-lobi hotel di kota Makasar sekalipun. Jangan heran kalau kebanyakan hotel di daerah hanya ramai dipenuhi pagi hari karena breakfastnya sudah dipaket dengan tarif hotel.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com