Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesan Penampilan yang Salah pada Profesi

Kompas.com - 26/12/2014, 11:07 WIB

                                               Ryan Filbert

KOMPAS.com
- Beberapa minggu yang lalu, saya mengadakan acara seminar rutin bertemakan investasi pasar modal dengan komunitas yang sudah cukup sering menjadi partner acara. Sebelum acara dimulai, seperti biasa kami berbincang dan berbicara seputar topik apa pun, mulai dari aktivitas hingga hal-hal ringan.

Kebetulan sebelum acara tersebut, saya juga baru mengadakan acara dengan komunitas lain, yang tema dan isinya cukup jauh berbeda, yaitu gaya hidup sehat dan investasi pada sektor rill.
Teman saya bekomentar bahwa memiliki profesi yang berhubungan dengan gaya hidup sehat, merupakan sebuah hal yang berat baginya. Karena sebagai pembicara gaya hidup sehat, diperlukan pribadi yang sehat juga, dan tentunya dalam hati saya setuju sepenuhnya.

Sepulangnya, saya jadi berpikir bahwa setiap profesi memiliki kesan yang berbeda-beda dari pelakunya. Coba saya sebutkan beberapa profesi yang ada. Bila kita membahas profesi dokter, akan muncul bayangan seseorang yang menggunakan jas putih, terlihat rapi, begitu intelektual, lalu hidupnya sehat.

Bila disebutkan profesi lainnya, misalkan ilmuwan, maka yang terbayang adalah seorang yang beruban, memakai kacamata cukup tebal, dan senang membaca buku. Dan Anda tentu bisa membayangkan profesi apa pun yang ada.

Untuk direktur sebuah perusahaan, bayangan yang muncul adalah pribadi berpakaian rapi dan potongan rambut yang tersisir rapi, semua aksesori bermerek dengan jam tangan mahal. Lebih "seramnya" lagi, selalu ditemani oleh sekretaris yang cantik dan seksi.

Setiap profesi rupanya memiliki sebuah standardisasi kesan yang melekat dalam benak setiap orang. Suatu hari, saya pernah diundang oleh sebuah perusahaan yang ingin menggunakan jasa saya. Saya datang ke kantornya dengan berpakaian rapi seorang diri, mengendarai mobil sendiri, yang tidak dalam kategori mewah.

Sejak hari itu, saya tidak dipanggil kembali, dan itu mungkin saja karena sepanjang pembicaraan di kantor perusahaan tersebut hingga diantar direksi ke pintu depan, semuanya memberi kesan bahwa profesi saya tidak melekat sepeunuhnya pada penampilan saya.

Karena kebanyakan hal dalam profesi saya berhubungan dengan dunia investasi, melekatlah elemen-elemen mewah, seperti mengendarai kendaraan mewah, kantor yang begitu mewah, gadget mewah, aksesori mewah, dan apa pun itu yang mewah, dan saya tidak menggunakan hal itu semua.

Alhasil, apa yang terjadi pada kebanyakan orang di dunia ini, mereka berpenampilan karena profesi yang mereka miliki, entah meski sebenarnya penampilan mereka seharusnya seperti itu atau tidak. Sehingga, tidak sedikit yang mungkin mengenal kata pencitraan.

Apa profesi Anda, lalu muncullah bentuk citra yang digambarkan orang secara umum.
Apakah salah? Ataukah benar? Saya juga tidak tahu.

Menjadi salah menurut saya, apabila kita meng-upgrade penampilan kita, padahal kita tidak siap atau belum siap dengan citra tersebut. Misalkan, apa yang muncul di dalam pikiran ketika Anda mendengar kata artis?

Orang kaya, penampilan sangat glamor, bertaburan merek terkenal, punya pasangan hidup yang ganteng atau cantik, mobilnya mewah, rumahnya besar. Padahal apa yang Anda perlukan dari artis bukan itu semua, namun seberapa jauh mereka bisa berakting sangat baik, sehingga menjiwai perannya di sebuah skenario film, betul?

Yang lebih ironisnya lagi, akibat kesan dari profesi tersebut, tidak sedikit para artis yang juga jatuh bangkrut dan miskin. Anda tidak tahu? Baiklah, saya akan menyebutkan beberapa artis yang jatuh bangkrut akibat profesi dan tuntutan pencitraannya.

1.    Michael Jackson

Siapa dari Anda yang tidak mengenal Michael Jackson?Ya, seorang musisi legendaris dunia yang pada tahun 2009 meninggal secara mendadak. Ia adalah seorang musisi dunia yang begitu tenar dan begitu kaya, dan saking kayanya, Jackson memiliki properti berupa taman bermain bernama Neverland.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com