Pelaksana tugas Dirut Perum Bulog Budi Purwanto mengatakan realisasi pengadaan dalam negeri yang di bawah target tersebut disebabkan produksi beras dalam negeri tahun ini mengalami penurunan, sedangkan di lain sisi harga beras di pasaran mengalami kenaikan.
"Kondisi tersebut mengakibatkan petani lebih memilih menjual beras di pasaran yang harganya lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP)," katanya di sela Seminar Nasional "Membangun Sistem dan Program Strategis Kedaulatan Pangan" di Gedung Perum Bulog, Senin (29/12/2014).
Dia mengungkapkan, harga gabah maupun beras di pasaran selalu lebih tinggi dibandingkan HPP, sementara Bulog harus membeli beras petani dengan HPP.
Pada November 2014 harga beras termurah di pasaran sebesar Rp9.221 per kg atau 39,7 persen di atas HPP sedangkan harga gabah kering panen (GKP) Rp4.612/kg atau 37,6 persen di atas HPP.
Budi menyatakan, saat ini kemampuan Bulog untuk menyerap gabah petani sebesar 5-9 persen dari produksi nasional per tahun atau sekitar 1,5 hingga 3,6 juta ton setara beras per tahun.
Menurut dia, pengadaan beras dalam negeri tahun ini menurun jika dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yang mencapai 3,4 juta ton atau 7,8 persen dari produksi beras nasional 44,72 juta ton atau 71,2 juta ton gabah kering giling.
Pada 2014, tambahnya, berdasarkan Angka Ramalan II Badan Pusat Statistik produksi padi sebesar 70,6 juta ton gabah kering giling (GKG) atau 44,29 juta ton setara beras.
Sementara itu untuk 2015, Budi Purwanto menyatakan, pengadaan beras dalam negeri Bulog akan ditingkatkan menjadi 3,2 juta ton karena produksi tahun depan diperkirakan mengalami kenaikan.
"Kami optimis pengadaan dalam negeri tahun depan bisa meningkat apalagi produksi beras juga akan naik. Kalau bisa kita tidak impor (beras)," katanya.
Terkait stok beras yang dimiliki BUMN tersebut, menurut dia, hingga 24 Desember 2014 sebanyak 1,79 juta ton termasuk cadangan beras pemerintah (CBP) 251 ribu ton, sehingga cukup untuk menstabilkan harga beras di pasaran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.