Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Darurat Fasilitas Penyangga Cadangan Energi

Kompas.com - 14/01/2015, 19:20 WIB
STEFANNO REINARD SULAIMAN

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com –  Dewan Energi Nasional atau DEN menyatakan, saat ini Indonesia kekurangan tempat untuk menyimpan cadangan minyak mentah. Padahal, momen anjloknya harga minyak mentah bisa menjadi kesempatan untuk menimbun emas hitam tersebut.

“Tangki-tangki kita ada berapa? Nah ini tergantung dari availability facility kita dan dana cadangan kita cukup atau tidak. Pertamina saja untuk mempertahankan 21-23 hari impor sebagai cadangan operasional, punya target bangun depo terminal tangki terus sampai 2025. Karena mereka tahu nanti tidak akan cukup. Jadi dimana kita (pemerintah) taruh?” kata anggota DEN,  Andang Bachtiar di kantor DEN, Jakarta (14/1/2015).

Ia menyebutkan, DEN berencana untuk menginventaris kilang-kilang minyak yang ada di Indonesia. Kilang tersebut menurut Andang, bisa dijadikan tempat penampung cadangan penyangga.

“Bisa juga menggunakan tangki-tangki kita yang idle di PSC-PSC atau di Pertamina juga di KSO-KSO. Itu banyak mereka bangun tangki-tangki namun belum mulai beroperasi. Itu bisa mulai diisi sebenarnya. Makanya sekarang kita gerak cepat menginventaris berapa banyak tangki yang kita punya, sehingga kita tahu berapa banyak minyak mentah yang bisa kita impor,” lanjut Andang.

Andang menambahkan, menampung cadangan penyangga bisa dilakukan dengan membangun teknologi depleted oil reservoir di lapangan migas terdekat dengan kilang–kilang minyak yang ada. Teknologi ini sudah diaplikasikan oleh Amerika Serikat dan Jepang sejak krisis tahun 1976.

“Sebenarnya teknologi injeksi ini sudah ada di Indonesia, tetapi memasukkannya kembali ke reservoir sebagai cadangan belum pernah dilakukan. Di Subang, Pamanukan, sampai Indramayu sana, itu saya yakin Pertamina banyak reservoirnya apalagi di Cepu. Jadi minyak mentah bisa kita impor lalu taruh dengan harga murah di tempat-tempat itu,” jelas Andang.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com