Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Akik, Batu Bacan 5 kg Terjual Rp 500 juta

Kompas.com - 02/02/2015, 06:44 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penjualan batu akik dalam beberapa waktu terakhir seperti jamur di musim hujan, tumbuh subur secara cepat. Hal ini diakui oleh Uje (25) seorang pedagang batu akik di Jakarta Gems Center (JGC), Rawa Bening, Jakarta Timur, Sabtu (31/1/2015). Menurut dia, sejak tahun lalu, penjualan batu akik memang meningkat pesat.

"Mulai ramai tahun 2014. Awalnya jenis Batu Bacan yang ramai, baru merembet ke mana-mana seperti Pacitan, Kladen, dan lain-lain. Seperti jenis Kladen kalau dulu harganya di bawah, sekarang bisa naik sampai Rp 100.000," kata Uje yang tokonya sudah berjualan di JGC sejak 22 tahun silam.

Uje menambahkan, dalam sehari omzet minimal yang bisa diraup oleh tokonya sebesar Rp 4 juta per hari. Sedangkan, jika sedang hari baik maka omzet tokonya bisa mencapai Rp 25 juta per hari.

"Apalagi kalau Sabtu Minggu, bisa lebih lah. Bisa sampai Rp 15 hingga 25 juta. Ini karena perputaran lebih cepat batu akik dibandingkan batu mulia," jelas Uje.

Hal ini senada dengan Toto yang juga menjabat sebagai Ketua Harian Asosiasi Pedagang Batu Perhiasan di JGC. Menurut Toto, dalam sebulan ia bisa meraih omzet sekitar Rp 100 juta hingga 200 juta. Angka itu memang tak pasti, karena kadang ada saja batu seperti Bacan dengan harga Rp 100 juta bisa langsung laku dalam sehari.

"Bisnis batu akik itu bisa ramai sekali, bisa enggak. Rata-rata sebulan bisa lah Rp 100 - 200 juta. Tapi kalau punya produk bagus bisa langsung laku 100 juta. Kemarin saja saya baru jual bahan Batu Bacan 5 kg seharga Rp 500 juta," kata Toto.

Ladang bisnis batu akik ternyata tidak hanya laku di pasar lokal saja, melainkan juga di pasar dunia, khususnya Tiongkok. Hal ini diakui juga oleh Haji Toto, pedagang di JGC yang sering melakukan ekspor ke negeri tersebut.

"Prospeknya cerah. Saya juga mengandalkan ekspor, seperti ke Kwangtung, RRC (Tiongkok). Bahkan kadang-kadang dia punya relasi datang langsung ke rumah saya. Omzetnya itu hampir sama dengan jualan di lokal yaitu Rp 30 juta per 3-4 bulan," jelas Haji Toto yang juga menjual batu-batu akik berukuran besar.

Omzet menggiurkan ternyata tidak membuat para pedagang sepenuhnya tersenyum. Pasalnya, ada sejumlah permasalahan yang kerap menghambat nafas bisnis mereka. Salah satunya adalah teknologi pemolesan/pengolahan batu akik yang masih tertinggal jauh dibandingkan negara tetangga seperti Thailand.

"Berbicara alat pengolah yang canggih itu, di Indonesia belum ada. Di Bangkok ada harganya tapi di atas Rp 1 miliar. Kita pribadi enggak mampu. Alat yang selama ini kita pakai dirakit dan cuma Rp 6 juta. Kalau yang mesin itu bisa menghasilkan hingga ratusan batu olahan. Kemudian lebih bagus hasilnya, mau opal, segitiga bulat, bisa. Kalau manual kan pasti ada kurangnya seperti tidak simetris," kata Toto.

Kemudian menurut Haji Didi ada permasalahan bea cukai yang terlalu lama. Sehingga, ini menghambat proses ekspor produknya ke luar negeri. "Kesulitan ekspor saya itu ada di bea cukai. Kadang kadang bisa lama banget keluar izinnya," kata Haji Didi.

Meskipun ada sejumlah masalah yang kerap melintang usaha batu akik. Keduanya optimis bahwa batu akik Indonesia mempunyai taji yang tak kalah hebatnya dibanding batu-batu asing, misalkan seperti Zamrud dari Kolombia.

"Saya jamin kualitas kita tidak kalah, tapi kurang promosi saja kayaknya. Batu kita kalau yang sudah berkualitas sekali bisa sampai ratusan juta. Nah, contoh batu yang sudah bagus bersih, kristal, warna oke seperti Batu Bacan yang cuma 5 gram tapi bisa ratusan juta harganya," jelas Toto.

Selain itu, Haji Didi menambahkan, bisnis batu akik ini membuka lahan pekerjaan bagi sejumlah orang di daerah-daerah galian maupun pengrajin batu akik seperti di Sukabumi. "Bisnis ini itu mengurangi pengangguran. Mulai dari penggali hingga pengrajin. Karena banyak di daerah yang tidak punya modal tapi punya bahan," jawab Haji Didi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com