Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementan Gunakan Pupuk Ciunik untuk Capai Swasembada Pangan

Kompas.com - 05/02/2015, 12:05 WIB

SUKOHARJO
- Pemerintah RI telah bertekad akan mewujudkan swasembada beras dalam tiga tahun mendatang. Dalam merealisasikan hal itu, pihak Kementerian Pertanian terus mendorong daerah lumbung padi nasional dengan membantu faktor kunci peningkatan produktivitas padi, yakni pemberian pupuk di daerah berpotensi seperti Sukoharjo.

“Daerah Sukoharjo, Jawa Tengah, memiliki produktivitas rata-rata padi jauh di atas rata-rata nasional, yaitu mencapai 9,1 ton/Ha, sementara rata-rata nasional hanya 5,1 ton/Ha. Usut punya usut ternyata, petani Sukoharjo ternyata memiliki cara tersendiri untuk meningkatkan produksi pangannya,” kata Menteri Pertanian, Amran Sulaiman saat  melakukan kunjungan kerja ke Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah.

Mentan mengungkapkan Sukoharjo adalah daerah yang berhasil meningkatkan produktivitas padi melalui pupuk unik hasil kreasi anak bangsa. Pupuk yang diberi nama ciunik tersebut menarik perhatian dirinya, karena berhasil meningkatkan produktivitas padi Sukoharjo hampir dua kali lipat.

Peningkatan produktivitas padi di Sukoharjo dengan menggunakan Pupuk Ciunik berhasil menjadikan produksi padi menjadi 9,1 juta ton per hektare (ha). Selisih empat ton jika dibandingkan dengan rata-rata produksi padi nasional sebesar 5,1 ton per ha.

“Saya akui tertarik dengan cara unik warga Kabupaten Sukoharjo dalam mengembangkan produksi pertaniannya. Pasalnya, para petani Sukoharjo kini mengandalkan limbah ciu sebagai pupuk untuk menyuburkan tanah. Ciu sendiri merupakan sari tebu yang biasa digunakan untuk membuat alkohol, sehingga jika diminum dapat berefek memabukkan. Namun petani Sukoharjo justru mengalihkan hasil limbah ciu tersebut untuk digarap kembali sebagai pupuk tanah. Jadi Pupuk Ciunik itu untuk mengemburkan tanah, bukan untuk padi. Jadi kalau tanah sudah gembur, produksi padi semakin baik,” ungkap Mentan.

Biaya penggunaan pupuk tersebut juga lebih murah ketimbang pupuk organik. Karena keunggulan tersebut, pihak Kementan menjanjikan akan membantu pemberian Pupuk Ciunik untuk pertanian Sukoharjo sebanyak 5.000 hektar. Artinya, pemerintah siap menggelontorkan Rp 9 miliar dalam penyediaan Pupuk Ciunik untuk Kabupaten Sukoharjo saja.

Pihak Kementan juga tertarik untuk menggunakan pupuk organik tersebut di daerah lumbung padi nasional lainnya. Pasalnya, dengan pemanfaatan Ciunik ini, dirinya optimistis Indonesia akan dapat swasembada beras yang ditargetkan terealisasi dalam kurun waktu tiga tahun.

“Dari total lahan pertanian Sukoharjo sebanyak 23.300 ha, 10-15 persen di antaranya menggunakan pupuk ciunik. Ini sangat bagus, produksi beras di Sukoharjo melesat hampir dua kali lipat dengan menggunakan pupuk ciunik. Kita harus apresiasi peningkatan tersebut. Pokoknya kami akan terus usahakan Indonesia bisa swasembada beras. “ kata Mentan.

Mentan merasa yakin dengan pengembangan potensi lokal di daerah seperti pupuk Ciunik dapat mendorong swasembada pangan di Indonesia. Pupuk Ciunik berasal dari limbah ciu, hasil fermentasi tanaman tebu yang berguna untuk menyuburkan tanah. Maka itu, pihak Kementan akan membantu pemberian pupuk ciunik  kepada daerah  Sukoharjo sebanyak 5.000 ha. Jika ditaksir nilainya, bantuan Kementan pada daerah Sukoharjo untuk memberikan pupuk Ciunik ini adalah sebesar Rp 9 miliar.

“Realisasi swasembada dapat diraih dengan kebersamaan dengan seluruh stakeholder yang bergerak melepaskan ego sektoral. Setiap wilayah punya keunggulan masing-masing. Maka itu, potensi dan keunggulan potensi daerah tersebut harus diangkat dan didukung, seperti di Sukoharjo ini. Luas lahan sawah di Indonesia sebesar 7 juta Ha ditambah potensi lokal pupuk sehingga potensi seluruhnya memproduksi 9 tonmaka  hasilnya adalah 63 juta ton, jika dikalikan dua kali panen hasilnya 126 juta ton, padahal Indonesia hanya 60 juta ton. 60 juta ton lebihnya kita bisa ekspor “ jelas Mentan.

Selain bantuan untuk pengembangan Pupuk Ciunik, Kementan juga memberikan bantuan berupa 130 unit alsintan, pupuk dan benih padi gratis untuk 1.000 hektare lahan, sarana produksi jagung gratis untuk 3.000 hektare lahan, serta tiga ton benih kedelai unggulan untuk 1.000 hektare lahan.

Dalam kesempatan yang sama Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya juga menjelaskan bahwa daerah Sukoharjo sudah mengembangkan dan melaksanakan pemakaian pupuk organic Ciunik guna mendongkrak hasil beras per di lahan pertanian daerahnya. Pupuk yang diberi nama ciunik tersebut dapat menghasilkan padi sebayak 9,1 ton per hektare (ha).  Padahal sebelumnya, produktivitas padi daerahnya hanya mampu hasilkan sekira 5 ton per ha. Keunggulan dari pupuk Ciunik unggulan daerahnya adalah pupuk tersebut dapat menggemburkan tanah yang sebelumnya mengeras akibat penggunaan pupuk non organik yang terus menerus.

“Selama ini kami laksanakan pertanian dengan menggunakan pupuk Ciunik.  Ciunik ini bisa menyuburkan tanah, bukan untuk padi tapi menyuburkan tanah. Jadi selama ini tanah itu pakai nonorganik, menjadi keras maka kita lenturkan atau menggembur tanah dengan pupuk itu. Ternyata hasilnya positif. Pupuk Ciunik telah digunakan di ribuan ha pertanian padi Sukoharjo sejak tahun 2012 lalu. Semenjak saat itu, panen padi di Sukoharjo selalu melimpah. “ jelas Bupati Sukoharjo.

Bupati Sukoharjo menerangkan saat  sekarang  dari total lahan pertanian Sukoharjo sebanyak 23.300 ha, 10-15 persen di antaranya telah memakai pupuk ciunik karena penggunaan pupuk tersebut  jauh lebih murah ketimbang menggunakan pupuk yang biasanya. Pupuk Ciunik sendiri terbuat dari limbah ciu yang berasal dari tetesan tebu yang memiliki bau yang tak sedap dan merusak tanaman, sehingga tidak dipakai oleh masyarakat.

Setelah itu limbah ciu tersebut diolah untuk diambil sarinya yang mengandung alkohol dan diolah menjadi pupuk, sedangkan sisa limbahnya dikembangkan sebagai pakai ternak.“Maka solusinya limbah ciu itu kita buat pupuk organik. Limbah ciu itu sendiri yaitu tetes tebu yang diambil sarinya untuk alkohol, dan bekal limbahnya itu yang kita garap lagi untuk pupuk organik peneliti asal Jakarta memanfaatkan limbah ciu tersebut dan menggunakannya sebagai penggembur tanah di pertanian padi Sukoharjo. Memakai ciunik juga lebih irit dari pemakaian pupuk anorganik, untuk satu hektare lahan hanya memerlukan biaya sekitar Rp1,8 juta “ terang Bupati Sukoharjo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com