Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR Nilai Kurang Efisien jika Proton Dikembangkan Jadi Mobnas

Kompas.com - 08/02/2015, 13:29 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Komisi VI DPR-RI Achmad Hafisz Tohir menilai kurang efisien jika Presiden Joko Widodo ingin mengembangkan mobil nasional dari Proton. Penilaian tersebut didasarkan pada teknologi yang digunakan oleh produsen otomotif asal Malaysia tersebut.

Menurut Tohir, jika pemerintah hendak mengembangkan mobnas, seharusnya yang dipilih adalah prinsipal yang memiliki teknologi lebih tinggi. Dia mengatakan, Proton adalah merek Mitsubishi tahun 1980-an yang dibeli Malaysia sebagai bahan untuk memulai produk industri mobil di Negeri Jiran itu. Tohir mempertanyakan, jika ingin mengembangkan mobnas, kenapa Indonesia tidak berani mengambil teknologi yang lebih tinggi?

"Misalnya, langsung ke Jepang atau Jerman sekalian sebagai cikal bakal perkembangan mobnas. Sehingga, langkah Jokowi tersebut saya rasakatn akan kurang efektif dan nanti negara pasti akan keluarkan biaya yang tidak sedikit. Ini akan kurang efisien dalam hal pembiayaan," kata dia kepada Kompas.com, Minggu (8/2/2015).

Menuru Tohir, saat ini perdagangan mobil di Tanah Air sedang lesu. Ia berpendapat bahwa semestinya dengan kondisi tersebut Indonesia bisa mengambil keuntungan terhadap industri otomotif berteknologi tinggi.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan bahwa bila kerja sama yang dilakukan Proton dengan PT Adiperkasa Citra Lestari (Adiperkasa) merupakan cikal bakal mobnas, seharusnya ada badan usaha milik negara yang terlibat. Lebih dari permasalahan teknologi, Proton diharapkan mau membangun industri hulu. Hal itu bisa menjadi salah satu strategi untuk mengajak prinsipal otomotif yang sudah berpuluh tahun di Indonesia untuk ikut membangun industri hulu.

"Yang gede-gede saat ini di Indonesia kan tidak mau bangun industri hulu. Pertama, agar Indonesia tetap ketergantungan. Kedua, mereka enggak mau alih teknologi dicuri. Ketiga, menjadi hambatan investasi. Nah, kalau Proton mau bangun, mereka (prinsipal lain) mau tidak mau akan ikut bangun. Kalau tidak, akan ditinggalkan pasar," kata Enny.

Kerja sama antara Adiperkasa dan Proton itu merupakan kerja sama business to business yang penandatangannya disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak di Kuala Lumpur. Secara terpisah, CEO Adiperkasa AM Hendropriyono menyatakan bahwa istilah mobil nasional salah kaprah istilah. Kepada Tribunnews.com, Hendro menyatakan bahwa pabrik mobil tersebut asli buatan Indonesia dan akan menjadi usaha padat karya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com