Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Indonesia Mampu Capai Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen

Kompas.com - 10/02/2015, 23:17 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi yang diharapkan Presiden Joko Widodo menyentuh angka 7 persen dinilai bukanlah omong kosong. Namun, untuk mewujudkan hal itu, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Demikian disampaikan Direktur Ekskutif INDEF Enny Sri Hartati, dalam diskusi soal APBN dengan Wakil Ketua DPD-RI Farouk Muhammad, Selasa (10/2/2015). Enny mengatakan, salah satu langkah mengakselerasi pertumbuhan ekonomi adalah dengan penguatan konsumsi masyarakat. Pasalnya, konsumsi masyarakat masih memberikan kontribusi 55 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Ini harus dijaga betul kalau ingin mencapai target 5,7 persen," kata Enny mengutip hasil kesepakatan terakhir, pertumbuhan ekonomi di 5,7 persen.

Untuk menjaga konsumsi masyarakat, tentu kata dia inflasi harus dikendalikan. Enny bilang, kunci menekan inflasi sebenarnya sederhana, yakni bahan pokok tidak hanya soal pasokannya namun juga distribusinya.

Tahun 2014, pemerintah diuntungkan dengan harga minyak yang rendah. Sehingga, meski menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), inflasi yang terjadi tidak terlalu tinggi. Enny menuturkan, harga minyak yang rendah, menjadi ruang bagi pemerintah untuk tidak membebani masyarakat dan fiskal.

"Kedua, apakah 5,7 persen ini relatif rasional atau tidak? Selama ini yang menjadi problem adalah efektivitas dari belanja pemerintah," lanjut Enny.

Dia menjelaskan, APBN 2014 sudah hampir menyentuh Rp 2.000 triliun, atau hampir seperempat dari GDP Indonesia. Persoalannya, lanjut Enny, mengapa anggaran yang demikian besar hanya berkontribusi kurang dari 9 persen.

"Makanya itulah yang disebut pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini autopilot," ucap Enny.

Lebih lanjut dia bilang, kalau saja anggaran belanja pemerintah memiliki kontribusi yang lebih kepada kegiatan produktif, maka hal ini akan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. "Kalau autopilot saja masih bisa tumbuh 6 persen, apalagi ada pilotnya? Jadi, potensi 7 persen bukan tidak jelas. Tapi apakah bisa 2015 tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan," tandas Enny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com