Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petisi Dukung Investigasi Lion Air dan Minta Rusdi Kirana Minta Maaf Muncul di Dunia Maya

Kompas.com - 22/02/2015, 08:17 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kekacauan penerbangan Lion Air sejak Rabu (18/2/2015) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan merembet ke berbagai bandara lainnya membuat masyarakat marah. Di dunia maya, muncul petisi dukungan untuk Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan agar bertindak tegas terhadap Lion Air. Ada juga petisi yang menuntut CEO Lion Air Rusdi Kirana minta maaf.

"Selaku pengguna jasa angkutan udara, kami meminta agar Menteri Perhubungan tidak takut dan tidak tebang pilih untuk menindak tegas maskapai yang bermasalah walaupun Lion Air Group adalah milik Rusdi Kirana yang menjabat sebagai Wantimpres Presiden Joko Widodo," tulis seorang warga Yogyakarta bernama Ardy Pratama yang membuat petisi di Change.org Indonesia.

Lebih lanjut, petisi itu juga mengungkit sikap tegas dan responsif Jonan saat kasus kecelakaan Air Asia pada Desember 2014 lalu. Saat itu, mantan Dirut KAI itu dinilai bertindak sangat tegas terhadap Air Asia.

"Kejadian ini bukan hanya menyangkut kerugian materi dan waktu, namun juga menyangkut nama baik Indonesia di dunia penerbangan karena cukup banyak turis asing yang juga menjadi korban akibat delay tersebut," seperti tertera dalam petisi yang berjudul Investigasi menyeluruh kasus delay Lion Air itu.

Selain kepada Jonan, petisi itu juga meminta CEO Lion Air Rusdi Kirana untuk memastikan pembayaran ganti rugi benar-benar diberikan ke para calon penumpang Lion Air yang telantar akibat delay parah. Bahkan, Rusdi Kirana pun diminta untuk meminta maaf kepada publik akibat pelayanan buruk Lion Air selama ini.

"Menuntut Rusdi Kirana selaku pimpinan Lion Air Group meminta maaf dan memastikan ganti rugi kepada para penumpang yang mengalami kerugian materi dikarenakan keterlambatan selama berjam-jam," lanjut petisi itu.

Hingga Minggu (22/2/2015) pagi, petisi itu sudah ditandatangani lebih dari 13.634 pendukung. Para pemberi dukungan petisi ini memang menyatakan kekecewaannya terhadap maskapai Lion Air. 

"Bosan melihat keadaan yg seolah2 menjadi kebiasaan yang wajar. Bosan pihak berwenang hanya tebang pilih dalam menangani permasalahan penerbangan di indonesia," tulis salah seorang pendukung bernama Indra Suhada.

Pendukung lain bahkan meminta segera dilakukan investigasi terhadap maskapai Lion Air.

"Mendukung investigasi menyeluruh kasus delay Lion Air. Semoga pemerintah tidak tebang pilih. Jika kemarin bisa tegas pada AirAsia, kenapa tidak pada Lion Air?? Smoga bukan karena sang pimpinan Lion Air Grup adalah orang dekat Presiden yaa ;) Tandatangan ini bukan karena sentimen kok, cuma peduli aja akan hak2 konsumen Indonesia yang suka terampas tanpa ada kompensasi dari perusahaan/pedagang/pebisnis...smoga kasus ini tidak terjadi lagi pada maskapai apapun, aamiin," tulis pendukung bernama Fanisa Gunawan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com