Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Susi Bikin Stok Tuna di Pasaran Dunia Berkurang

Kompas.com - 07/03/2015, 09:43 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis


JAKARTA,KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Dwi Agus mengatakan, walaupun volume tangkapan tuna menurun, namun dari segi pendapatan justru meningkat. Kenaikan tersebut dikerek oleh naiknya harga tuna karena berkurangnya stok di pasar dunia seiring pemberlakuan sejumlah kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Kelautan dan Perikanan seperti, larangan transshipment dan moratorium sejak November 2014.

"Produksi tangkapan tuna turun tapi nominal naik 12,8 persen dari bulan lalu (Januari). Sedangkan penurunan volume tangkapan sebesar 35 persen. Tangkapan tidak bisa dibilang drastis turun. Nanti baru bisa dilihat bulan Maret-April nanti," kata Dwi di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dalam diskusi dengan Menteri Susi, Jakarta, Jumat (6/3/2015).

Menurut Dwi hal ini disebabkan negara tujuan ekspor mengalami kekurangan pasokan ikan sehingga harga komoditas ikan naik dari biasanya. "Negara pengimpor tidak ada stok ikan jadi kita ditawari harga tinggi. Kedua, harga bisa naik juga karena dollar AS naik," lanjut Dwi.

Dwi menambahkan, kini kualitas ikan dengan mutu rendah pun juga mendapat permintaan yang tinggi. Dengan total ekspor tahun 2014 sebesar 13.699 ton untuk jenis tuna, marlin, dan swordfish.

Berdasarkan data ATLI, perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam ATLI mengekspor ikan ke Jepang, Lebanon, USA, Singapura, Kanada, Thailand, Korea, Jerman, Filipina, Hongkong, Tiongkok, dan Vietnam.

Sebelumnya, Menteri Susi dihadapan pejabat Kementerian Perhubungan, Senin (2/3/2015) mengatakan bahwa pasar-pasar ikan besar di Asia Tenggara kekurangan stok ikan. "Praktik illegal fishing sudah kita berantas. Sebagai bukti, daerah Songkhla, Thailand, tutup dan sepi. General Santos (Filipina) tutup dan sepi. Jadi harga ikan di pasar Asia sudah merata naik, itu karena suplai yang kurang," kata Susi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com