"Produksi tangkapan tuna turun tapi nominal naik 12,8 persen dari bulan lalu (Januari). Sedangkan penurunan volume tangkapan sebesar 35 persen. Tangkapan tidak bisa dibilang drastis turun. Nanti baru bisa dilihat bulan Maret-April nanti," kata Dwi di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dalam diskusi dengan Menteri Susi, Jakarta, Jumat (6/3/2015).
Menurut Dwi hal ini disebabkan negara tujuan ekspor mengalami kekurangan pasokan ikan sehingga harga komoditas ikan naik dari biasanya. "Negara pengimpor tidak ada stok ikan jadi kita ditawari harga tinggi. Kedua, harga bisa naik juga karena dollar AS naik," lanjut Dwi.
Dwi menambahkan, kini kualitas ikan dengan mutu rendah pun juga mendapat permintaan yang tinggi. Dengan total ekspor tahun 2014 sebesar 13.699 ton untuk jenis tuna, marlin, dan swordfish.
Berdasarkan data ATLI, perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam ATLI mengekspor ikan ke Jepang, Lebanon, USA, Singapura, Kanada, Thailand, Korea, Jerman, Filipina, Hongkong, Tiongkok, dan Vietnam.
Sebelumnya, Menteri Susi dihadapan pejabat Kementerian Perhubungan, Senin (2/3/2015) mengatakan bahwa pasar-pasar ikan besar di Asia Tenggara kekurangan stok ikan. "Praktik illegal fishing sudah kita berantas. Sebagai bukti, daerah Songkhla, Thailand, tutup dan sepi. General Santos (Filipina) tutup dan sepi. Jadi harga ikan di pasar Asia sudah merata naik, itu karena suplai yang kurang," kata Susi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.