Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Rontok, Perajin Bersiap Naikkan Harga Tahu Tempe

Kompas.com - 13/03/2015, 10:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga kedelai mulai naik di pasaran. Bila sebelumnya harga kedelai rata-rata hanya Rp 7.500 per kilogram (kg), saat ini, harga kedelai sudah merangkak naik di kisaran Rp 8.500-Rp 12.500 per kg. Kenaikan harga ini disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang saat ini menembus Rp 13.000 per dollar AS.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin menyatakan, harga kedelai terkini di pasaran sudah menyentuh level Rp 12.500 per kg.

Menurut dia, selain faktor nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, kenaikan harga kedelai juga disebabkan masih buruknya sistem tataniaga kedelai nasional. "Sistem distribusi kedelai belum berjalan dengan baik. Akibatnya, harga bervariasi ada yang Rp 8.500 per kg, Rp 9.000 per kg, dan bahkan sampai Rp 12.500 per kg," ujar Aip kepada Kontan, Kamis (12/3/2015).

Dampak kenaikan harga kedelai ini bisa langsung ditebak. Perajin tahu dan tempe sebagai konsumen utama kedelai harus memutar otak agar tetap bisa berproduksi, tapi tidak merugi. "Tren harga tahu dan tempe di pasar saat ini sudah bersiap untuk naik," ujarnya.

Situasi ini makin berat karena kenaikan harga kedelai ini juga sedikit dipengaruhi kenaikan harga kedelai di pasar AS lantaran musim panen sudah berlalu. Musim panen kedelai biasanya pada bulan September hingga Desember. Sementara pada bulan Maret hingga Juli, harga biasanya naik akibat pasokan berkurang.

Biasanya pada musim panen harga kedelai sebesar 10 dollar AS per bushel (satu bushel sekitar 27 kg).

Namun saat ini, harga kedelai sudah mulai merangkak naik mulai 20 persen hingga 30 persen di pasar AS. Nanti puncak kenaikannya terjadi pada bulan Mei dan Juli, ketika pasokan kedelai berkurang, sementara kebutuhan meningkat, terutama menjelang bulan puasa.

Aip menjelaskan saat ini, kebutuhan kedelai dalam negeri mencapai 2 juta ton per tahun dan sebanyak 80 persen di antaranya impor. Para produsen tahu juga sudah mulai mengeluhkan kenaikan harga kedelai ini.

Perkecil ukuran tempe
Wawan Supendi, perajin tahu dan tempe asal Kuningan, Jawa Barat mengatakan, harga kedelai saat ini sudah cukup tinggi. Dia mengaku jika biasanya membeli kedelai dari koperasi dengan harga Rp 7.400 per kg, harga kedelai saat ini sekitar Rp 7.750 per kg. Harga ini relatif lebih rendah dari wilayah lain karena lokasi cukup mudah dijangkau transportasi.

Salah satu cara Wawan mengantisipasi mahalnya harga kedelai ini adalah dengan mengecilkan ukuran tahu dan tempe yang diproduksi. "Kalau kami menaikkan harga, nanti konsumen akan pindah, akhirnya pilihan terbaik adalah mengecilkan ukuran tahu tempe," ujarnya.

Cuma, Srie Agustina, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemdag) membantah jika harga kedelai impor naik. Sebab, yang naik adalah harga kedelai lokal.

Menurut dia, harga kedelai tidak akan naik tinggi karena meski nilai tukar rupiah melemah, harga kedelai dunia masih pada level rendah. "Perajin tahu tempe tak membeli kedelai di pasar tradisional, melainkan lewat distributor dan koperasi pada harga Rp 8.000 per kg," katanya.

Pemerintah memproyeksikan kebutuhan kedelai secara nasional sepanjang tahun 2015 mencapai 2,5 juta ton hingga 2,6 juta ton. Sementara produksi kedelai nasional diprediksi maksimal hanya 1,2 juta ton dan sisanya akan dipenuhi lewat impor.

Pemerintah sendiri telah mencanangkan program swasembada kedelai dalam waktu tiga tahun ke depan. (Noverius Laoli)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com