Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semen Conch Masuki Pasar Indonesia

Kompas.com - 13/03/2015, 16:50 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani Julius

Penulis


BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Satu lagi produsen semen skala besar meramaikan pasar Indonesia. Mengusung merek Conch yang digadang-gadang sebagai nomor satu di China, PT Conch Cement Indonesia (CCI) berniat memproduksi 10 juta ton semen per tahun di Indonesia.

Untuk mewujudkan hal itu, Conch membangun dan mengembangkan lima proyek produsen semen di lima kota di Indonesia sejak masuk ke Tanah Air pertengahan 2011, antara lain di Manokwari Papua Barat, Maros Sulawesi Selatan, dan Merak Banten. Kemudian pabrik di Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan yang sudah mulai produksi dua bulan belakangan ini.

“Satu proyek lainnya belum bisa kami ungkapkan (rahasiakan),” kata Sales Representatives PT Conch South Kalimantan Cement (CSKM) Ihan M Palla.

CSKM merupakan anak usaha CCI. Ihan mengungkapkan, pabrik di Tanjung Tabalong menjadi yang pertama selesai pada September 2014, lalu beroperasi dua bulan belakangan ini.

Investasi CSKM mencapai 500.000 dollar AS dengan kapasitas produksi 30.000 ton per hari. Rencananya kapasitas produksi akan dikembangkan menjadi dua kali lipatnya. “Target Tabalong 2 juta ton satu tahun,” kata Ihan.

Pabrik CSKM mengambil cadangan kapur di Desa Saradang Kecamatan Haruwai, 9 Km dari pabrik. Cadangan kapur di lokasi tersebut  diperkirakan bisa mencapai 60 tahun.

Menyusul kemudian pembangunan pabrik di Kampung Meruni, Manokwari, Papua. Dibangun sejak Januari 2014, pabrik Manokwari ditarget mulai produksi pada tiga tahun ke depan. Pabrik Manokwari dirancang mampu memproduksi 2 x 32.000 ton per hari. “Saat ini masih 20 persen tahap pembangunan. (Proyek) Yang lain sedang pematangan lahan,” kata Ihan.

Conch merupakan kelompok bisnis besar di China yang menangani material terbesar. Di China, bisnis semennya mampu memproduksi dan memasarkan puluhan juta ton.

Atasi Kelangkaan

Kehadiran pabrik di daerah diyakini akan mempengaruhi harga semen di pasar. Misal pabrik Tabalong di Kalsel. Dekatnya pasar dengan pabrik dan jalur distribusi darat lintas provinsi bakal mempengaruhi harga semen di pasaran.

“Kita ingin seperti China, semen murah kualitas tinggi. Biar daera cepat terbangun. Jangan sampai ada lagi kelangkaan semen,” kata Direktur Operasional CV Semen Berkat Jaya, Halim Wardhana, agen tunggal Conch di Kaltim.

Halim mengatakan, harga dari tingkat agen saja kurang dari Rp 70.000 untuk sak 50 Kg. Harga ini tentu akan bersaing dengan harga semen di Kaltim di rentang Rp 70.000-80.000. Kehadiran Conch nanti di Papua juga diyakini akan mempengaruhi harga pasar. Harga semen ukuran 40-50 Kg bisa mencapai Rp 125.000 untuk kawasan kota dan Rp. 800.000 – 1.000.000 per sak untuk kawasan yang lebih jauh. “Harga bisa turun saat kita bisa memproduksi di Papua nanti tiga tahun dari sekarang,” kata Ihan.

Selain memengaruhi harga, pembangunan pabrik di daerah akan mengatasi kesulitan semen di waktu-waktu tertentu. Awal 2015 ini, harga semen sempat melonjak tinggi di Kaltim lantaran sempat sulit dicari. Ihan mengatakan, kelangkaan semen di bumi Kalimantan sebenarnya lebih pada faktor distribusi. Pembangunan infrastuktur dan properti di Kalimantan kebanyakan mengandalkan semen dari Sulawesi, Jawa, dan Sumatera. “Ketika ada kendala cuaca, (semen yang dikirim) tidak segera bisa sandar. Pengiriman menjadi kendala,” kata Ihan. Kini hal itu bisa disiasati. Distribusi semen Conch hanya ditempuh oleh jalur darat untuk wilayah Kalimantan. “Distribusinya akan lebih cepat, tidak terhambat,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com