Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Terbesar Sepanjang Sejarah, Kadin Nilai Anggaran Infrastruktur Masih Kurang

Kompas.com - 13/03/2015, 17:18 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis


JAKARTA,KOMPAS.com - Peneliti Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Ina Primiana mengatakan anggaran infrastruktur tahun 2015, masih kurang dari standar ideal. Walaupun anggaran untuk infrastruktur pada tahun 2015 dari APBN sebesar Rp 290,3 triliun, adalah anggaran terbesar sepanjang sejarah RI.

"Anggaran infrastruktur memang sampai 2014 meningkat, tapi presentase ke PDB (Produk Domestik Bruto) menurun, dari 2011 mulai 1,5 persen ke 2,6 persen, lalu 2 persen, hingga 2014 sebesar 1,96 persen (Rp 206,6 triliun). Idealnya minimal 5 persen dari PDB, atau berkisar Rp 527,14 triliun," kata Ina dalam diskusi bertajuk "Menyambut Asia Africa Business Summit : Perkembangan Infrastruktur di Indonesia dan Negara Berkembang", di Menara Kadin, Jakarta, Jumat (13/3/2015).

Berdasarkan data yang dilampirkan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran tersebut, anggaran untuk infrastruktur Indonesia masih tertinggal dibandingkan Vietnam (9 persen), India (7 persen), dan Republik Rakyat Tiongkok (10 persen).

Selain itu, menurut Ina, kurangnya dana dalam membangun infrastruktur juga ditunjukkan dengan kemampuan pembiayaan pemerintah yang hanya mampu menanggung pembiayaan infrastruktur sebesar 30 persen selama 2015-2019.

"Terdapat gap pembiayaan sebesar Rp 85,7 triliun dalam rangka pemenuhan target Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2015. Kemudian terbatasnya ruang fiskal berpotensi menghambat percepatan realisasi pembangunan bidang infrastruktur," jelas Ina.

Persoalan selanjutnya selain dana yang kurang, menurut Ina adalah lambannya pemerintah pusat dan daerah dalam mengantisipasi kebutuhan infrastruktur, konektivitas, dan layanan logistik.

"Problemnya antara pemerintah pusat dengan daerah tidak koordinasi dengan baik. Misalnya, ketika satu kementerian atau dinas akan membangun infrastruktur, itu harus clear menjawab kebutuhan industri dimana nanti dampaknya seperti apa," kata Ina.

Berdasarkan data peringkat infrastruktur World Economic Forum (WEF) 2014, Indonesia berada di posisi 17 dari 46 negara di Asia dan Afrika. Dimana, peringkat pertama ditempati Singapura, disusul Uni Emirat Arab, dan Jepang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com