Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Pasar Asuransi di Indonesia Masih Cukup Besar

Kompas.com - 17/03/2015, 13:28 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis


BOGOR, KOMPAS.com - Ekonom dari Universitas Indonesia, Rofikoh Rohim menilai prospek industri asuransi di Indonesia masih besar untuk digali. Menurut dia, hal tersebut ditunjukkan dari sejumlah faktor, salah satunya adalah meningkatnya kesadaran dari kalangan usia muda terhadap asuransi.

"Berdasarkan data AC Nielsen (2003) ditemukan bahwa pertumbuhan penggunaan asuransi paling besar di umur 20-29 sebesar 8,43 persen dan 30-39 sebesar 8,14 persen," jelas Rofikoh dalam acara Media Workshop oleh PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia, Selasa (17/3/2015).

Menurut dia, Indonesia masih rendah dalam hal tingkat penetrasi asuransi jika dibandingkan negara-negara di ASEAN. Hal itu terlihat dari perbandingan premi terhadap produk domestik bruto yang baru sebesar 1,77 persen, atau masih di bawah rata-rata negara di kawasan ASEAN sebesar 3,19 persen.

"Indonesia masih di bawah negara-negara berkembang yang sudah 2,65 persen. Data ini menunjukkan potensi pertumbuhan asuransi masih besar," kata Rofikoh.

Dia menyebutkan, besarnya potensi pasar asuransi di Indonesia juga didukung oleh potensi pasar Indonesia di tahun 2030, di mana akan ada 135 juta orang yang tergabung dalam kaum kelas menengah ke atas. Ditambah dengan, perkiraan adanya 113 juta tenaga kerja terlatih.

Sebagai informasi, berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (2014), tahun 2004 total premi ada sebesar Rp 18,3 triliun, kemudian pada tahun 2013 menjadi sebesar Rp 113,9 triliun.

"Tingkat pertumbuhan dalam 10 tahun mencapai 522 persen, ini menunjukkan kesadaran akan kebutuhan memiliki asuransi meningkat," kata Rofikoh.

Namun untuk mencapai pertumbuhan tersebut, Rofikoh menjelaskan beberapa hal yang menjadi peluang dan tantangan di industri asuransi ke depan. Salah satunya adalah tuntutan bagi pelaku pasar untuk lebih kreatif dalam menciptakan produk.

"Selain itu perlu meningkatkan awareness dan call to action masyarakat dalam mengoptimalkan bonus demografi. Lalu membangun SDM yang berkualitas, dan mengambil peluang setelah adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN serta berlakunya BPJS Kesehatan dan Tenaga Kerja," kata Rofikoh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com